A.
TATA
PANGGUNG
Tata panggung disebut
juga dengan istilah scenery (tata dekorasi). Gambaran tempat kejadian
lakon diwujudkan oleh tata panggung dalam pementasan. Tidak hanya sekedar
dekorasi (hiasan) semata, tetapi segala tata letak perabot atau piranti yang
akan digunakan oleh aktor disediakan oleh penata panggung. Penataan panggung disesuaikan
dengan tuntutan cerita, kehendak artistik sutradara, dan panggung tempat
pementasan dilaksanakan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penataan
panggung seorang penata panggung perlu mempelajari panggung pertunjukan.
1.
Mempelajari Panggung
Dalam sejarah
perkembangannya, seni teater memiliki berbagai macam jenis panggung yang
dijadikan tempat pementasan. Perbedaan jenis panggung ini dipengaruhi oleh
tempat dan zaman dimana teater itu berada serta gaya pementasan yang dilakukan.
Bentuk panggung yang berbeda memiliki prinsip artistik yang berbeda. Misalnya,
dalam panggung yang penontonnya melingkar, membutuhkan tata letak perabot yang
dapat enak dilihat dari setiap sisi. Berbeda dengan panggung yang penontonnya
hanya satu arah dari depan. Untuk memperoleh hasil terbaik, penata panggung
diharuskan memahami karakter jenis panggung yang akan digunakan serta
bagian-bagian panggung tersebut.
a.
Jenis-jenis Panggung
Panggung adalah tempat
berlangsungnya sebuah pertunjukan dimana interaksi antara kerja penulis lakon,
sutradara, dan actor ditampilkan di hadapan penonton. Di atas panggung inilah semua
laku lakon disajikan dengan maksud agar penonton menangkap maksud cerita yang
ditampilkan. Untuk menyampaikan maksud tersebut pekerja teater mengolah dan
menata panggung sedemikian rupa untuk mencapai maksud yang dinginkan. Seperti
telah disebutkan di atas bahwa banyak sekali jenis panggung tetapi dewasa ini
hanya tiga jenis panggung yang sering digunakan. Ketiganya adalah panggung proscenium,
panggung thrust, dan panggung arena. Dengan memahami bentuk dari
masingmasing panggung inilah, penata panggung dapat merancangkan karyanya
berdasar lakon yang akan disajikan dengan baik.
-
Arena, Panggung
arena adalah panggung yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi
panggung. Penonton sangat dekat sekali dengan pemain. Agar semua pemain dapat
terlihat dari setiap sisi maka penggunaan set dekor berupa bangunan tertutup
vertikal tidak diperbolehkan karena dapat menghalangi pandangan penonton.
Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka penata panggung dituntut kreativitasnya
untuk mewujudkan set dekor. Segala perabot yang digunakan dalam panggung arena
harus benar-benar dipertimbangkan dan dicermati secara hati-hati baik bentuk,
ukuran, dan penempatannya. Semua ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.
-
Proscenium, Panggung
proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai karena penonton
menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium
(proscenium arch). Bingkai yang dipasangi layar atau gorden inilah
yang memisahkan wilayah acting pemain dengan penonton yang menyaksikan
pertunjukan dari satu arah.
-
Thrust, Panggung
thrust seperti panggung proscenium tetapi dua per tiga bagian
depannya menjorok ke arah penonton. Pada bagian depan yang menjorok ini
penonton dapat duduk di sisi kanan dan kiri panggung.
b.
Bagian-bagian Panggung
Panggung teater modern
memiliki bagian-bagian atau ruang-ruang yang secara mendasar dibagi menjadi
tiga, yaitu bagian panggung, auditorium (tempat penonton), dan ruang depan.
Bagian yang paling kompleks dan memiliki fungsi artistik pendukung pertunjukan
adalah bagian panggung. Masing-masing memiliki fungsinya sendiri. Seorang penata
panggung harus mengenal bagian-bagian panggung secara mendetil.
-
Border. Pembatas yang
terbuat dari kain. Dapat dinaikkan dan diturunkan. Fungsinya untuk memberikan
batasan area permaianan yang digunakan.
-
Backdrop. Layar paling
belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-naikkan dan membentuk latar
belakang panggung.
-
Batten. Disebut juga
kakuan. Perlengkapan panggung yang dapat digunakan untuk meletakkan atau
menggantung benda dan dapat dipindahkan secara fleksibel.
-
Penutup/flies. Bagian atas
rumah panggung yang dapat digunakan untuk menggantung set dekor serta menangani
peralatan tata cahaya.
-
Rumah
panggung (stage
house). Seluruh ruang panggung yang meliputi latar dan
area untuk tampil.
-
Catwalk
(jalan sempit).
Permukaan, papan atau jembatan yang dibuat di atas panggung yang dapat
menghubungkan sisi satu ke sisi lain.
-
Tirai
besi.
Satu tirai khsusus yang dibuat dari logam untuk memisahkan bagian panggung dan
kursi penonton.
-
Latar
panggung atas.
Bagian latar paling belakang yang biasanya digunakan untuk memperluas area
pementasan dengan meletakkan gambar perspektif.
-
Sayap
(side wing).
Bagian kanan dan kiri panggung yang tersembunyi dari penonton, biasanya
digunakan para actor menunggu giliran sesaat sebelum tampil.
-
Layar
panggung.
Tirai kain yang memisahkan panggung dan ruang penonton. Digunakan (dibuka)
untuk menandai dimulainya pertunjukan. Ditutup untuk mengakhiri pertunjukan.
-
Trap
jungkit.
Area permainan atau panggung yang biasanya bisa dibuka dan ditutup untuk
keluar-masuk pemain dari bawah panggung.
-
Tangga. Digunakan untuk
naik ke bagian atas panggung secara cepat.
-
Apron. Daerah yang
terletak di depan layar atau persis di depan bingkai proscenium.
-
Bawah
panggung.
Digunakan untuk menyimpan peralatan set. Terkadang di bagian bawah ini juga
terdapat kamar ganti pemain.
-
Panggung. Tempat
pertunjukan dilangsungkan.
-
Orchestra
Pit.
Tempat para musisi orkestra bermain.
-
FOH
(Front Of
House) Bar. Baris lampu yang dipasang di atas penonton.
Digunakan untuk lampu spot.
-
Langit-langit
akustik.
Terbuat dari bahan yang dapat memproyeksikan suara dan tidak menghasilkan gema.
-
Ruang
pengendali.
Ruang untuk mengendalikan cahaya dan suara (sound system).
-
U Foyer. Ruang tunggu
penonton sebelum pertunjukan dimulai atau saat istirahat.
-
Tangga.
Digunakan untuk naik dan turun dari ruang lantai satu ke ruang lantai lain.
-
Auditorium
(house).
Ruang tempat duduk penonton di panggung proscenium. Istilah auditorium
sering juga digunakan sebagai pengganti panggung proscenium itu sendiri.
-
Ruang
ganti pemain. Ruang ini bisa
juga terletak di bagian bawah belakang panggung.
2.
Fungsi Tata Panggung
Dalam perancangan tata
panggung selain mempertimbangkan jenis panggung yang akan digunakan ada
beberapa elemen komposisi yang perlu diperhatikan. Sebelum menjelaskan semua
itu, fungsi tata panggung perlu dibahas terlebih dahulu. Selain merencanakan
gambar dekor, penata panggung juga bertanggungjawab terhadap segala perabot yang
digunakan. Karena keseluruhan objek yang ada di atas panggung dan digunakan
oleh aktor membentuk satu lukisan secara menyeluruh. Perabot dan piranti sangat
penting dalam mencipta lukisan panggung, terutama pada panggung arena dimana
lukisan dekor atau bentuk bangunan vertikal tertutup seperti dinding atau kamar
(karena akan menghalangi pandangan sebagian penonton) tidak memungkinkan diletakkan
di atas panggung. Tata perabot kemudian menjadi unsur pokok pada tata panggung
arena. Unsur-unsur ini ditata sedemikian rupa sehingga bisa memberikan gambaran
lengkap yang berfungsi untuk menjelaskan suasana dan semangat lakon, periode
sejarah lakon, lokasi kejadian, status karakter peran, dan musim dalam tahun
dimana lakon dilangsungkan.
a.
Suasana dan Semangat Lakon
Tata panggung dapat
memberi gambaran kepada penonton, suasana dan semangat lakon yang dimainkan.
Suasana mengarah pada keadaan emosi yang ditampilkan oleh lakon secara dominan,
sedangkan semangat mengarah pada konsep dasar pementasan yang menyampaikan
pesan lakon dalam cara tertentu. Agar desain tata panggung dapat memperlihatkan
kedua hal ini, penata panggung harus mampu menambahkan elemen pendukung yang
mampu memberikan kesan suasana dan semangat lakon yang ditampilkan.
b.
Periode Sejarah Lakon
Tata panggung juga
dapat memberikan gambaran periode sejarah lakon yang sedang dimainkan. Penata
panggung perlu mempelajari atau mengadakan penelitian sejarah berdasar lakon
yang akan dimainkan. Penelitian ini untuk mendapatkan gambaran selengkapnya
tentang bentuk arsitektur, perabot rumah tangga, peralatan, dan segala
keperluan yang dibutuhkan lakon untuk ditampilkan di atas pentas. Penelitian
ini sangat penting karena gaya bangunan, furnitur, dan tata peletakannya sangat
berbeda dari zaman ke zaman.
c.
Lokasi Kejadian
Letak geografi sangat
mempengaruhi desain sebuah bangunan dan perkakas yang melengkapinya. Bentuk
bangunan dan perkakas rumah tangga sangatlah berbeda antara daerah tandus dan
daerah subur. Hal ini pulalah yang menjadikan bentuk bangunan setiap suku bangsa
berbeda. Dengan memanfaatkan ciri-ciri tradisi atau lokal tertentu dalam
mendirikan sebuah bangunan penata panggung dapat memberikan gambaran lokasi
kejadian peristiwa lakon kepada penonton.
d.
Status dan Karakter Peran
Tata panggung dapat
pula memberikan gambaran status dan karakter peran dalam lakon. Penata panggung
biasanya menggunakan perabot dan atau piranti tangan untuk menunjukkan hal ini.
Sebuah karakter yang memiliki status sosial tinggi ditampilkan sebagai sosok yang
mengenakan kacamata, mengisap pipa, berjalan memakai tongkat dan tinggal
dirumah yang mewah. Sementara peran yang bestatus sosial rendah menempati rumah
sederhana dengan perabot sederhana.
e.
Musim
Suasana dalam satu
musim berbeda dengan musim lain. Suasana rumah petani pada musim tanam dan
musim panen sangatlah berbeda. Suasana musim hujan di satu daerah dan musim
kemarau sangatlah berbeda. Tata panggung dapat memberikan gambaran jelas mengenai
musim yang sedang dilalui dalam lakon. Penggunaan warna, perabot sehari-hari
serta piranti lain dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui musim yang sedang
berjalan.
3. Elemen Komposisi
Desain tata panggung
sebaiknya dibuat dengan mudah dan bebas. Artinya, imajinasi dapat dituangkan
sepenuhnya ke dalam gambar desain tanpa lebih dulu berpikir tentang kemungkinan
visualisasinya. Pemikiran lain di luar desain akan menghambat imajinasi dan
akhrinya memberikan batasan.
a.
Garis
Garis menunjukkan
bentuk. Setiap goresan garis yang dibuat memiliki karakter tersendiri. Tebal
tipisnya garis dapat memberikan gambaran dimensi, kualitas, dan karakter satu
benda atau bentuk yang dihasilkan. Gambar yang dibuat dengan garis tegas akan
menampakkan nuansa emosi atau sikap yang tegas dan kuat dibandingkan dengan gambar
dengan garis lembut. Permainan tegas dan lembut inilah yang akan menampakkan
dimensi objek. Dalam desain tata penggung, arah garis mewakili arah penonton.
Artinya, garis menuntun pandangan penonton menuju area permainan.
b.
Bentuk
Bentuk adalah ruang
yang dikelilingi oleh garis. Karakterisitik bentuk sangat tergantung dari
karakter garis yang membentuknya. Suasana ruang tampak kuat, kaku, dan
bertenaga dengan garis tegas yang mengelilinginya. Garis tersebut membentuk
ruang kotak tanpa lengkung. Sebaliknya, ruang yang dibentuk dari garis lengkung
akan menampakkan keluasan, kesegaran, kedamaian, dan ketenangan. Kombinasi
antara garis lengkung dan lurus ini akan menciptakan beragam bentuk di mana di
dalamnya terdapat ruang tempat actor bermain atau ruang suasana untuk mendukung
adegan lakon.
c.
Warna
Meskipun warna dalam
desain harus merepresentasikan warna alami benda atau objek yang digambar,
tetapi hasil yang mengesankan dapat temukan dengan menambahkan corak warna
lain. Warna-warni benda atau objek desain akan mempertegas kedalaman ruang.
Selain itu, warna juga memiliki karakter tersendiri. Secara mendasar ada warna hangat
atau panas dan ada warna dingin. Yang termasuk warna hangat, adalah merah,
oranye. Sedangkan yang termasuk dalam warna dingin, adalah biru tua, hijau.
Kombinasi warna hangat dan dingin ini akan mempertegas suasana ruang yang
hendak diciptakan.
d.
Cahaya
Cahaya membuat objek
atau benda tampak lebih hidup. Dengan mengkreasikan gelap dan terang, maka
volume sebuah benda dapat dimunculkan. Dalam desain imajinasi sumber cahaya dan
arah datangnya cahaya harus digambarkan, sehingga semua objek menampakkan
volumenya. Jika gambar dibuat tanpa imajinasi cahaya maka gambar tersebut
tampak datar sehingga kedalaman ruang yang dinginkan tidak tercapai. Dengan
menambahkan cahaya maka gambaran penataan objek dan ruang di atas panggung
tampak hidup.
4.
Praktek Tata Panggung
Praktek tata panggung
dimulai sejak menerima naskah lakon yang hendak dipentaskan. Tidak bisa seorang
penata panggung hanya bekerja berdasarkan pesanan seorang sutradara untuk
membut set tertentu tanpa membaca naskah lakon terlebih dahulu. Penata panggung
bukanlah seorang pekerja yang hanya menjalankan perintah dari sang sutradara
atau penata artistik (sutradara artistik). Ia harus mampu mengembangkan
imajinasinya dan mewujudkannya dalam karya tata panggung.
a.
Mempelajari Naskah
Seperti yang telah
diuraikan di atas, tugas penata panggung dimulai sejak ia menerima naskah lakon
yang akan dimainkan. Seluruh imajinasi ruang atau tempat berlangsungnya cerita
dapat dipelajari melalui naskah lakon. Tugas penata panggung pada tahap ini
adalah menemukan detil lokasi kejadian pada setiap adegan dalam cerita. Semuanya
ditulis dengan lengkap dan didata.
-
Lokasi kejadian (menunjukkan tempat
berlangsungnya cerita).
-
Waktu kejadian (menunjukkan tahun,
dekade, atau era kejadian).
-
Bentuk atau struktur bangunan sesuai
dengan lokasi dan waktu.
-
Model atau gaya perabot sesuai dengan
lokasi dan waktu.
-
Lingkungan tempat kejadian (suasana
lingkungan yang mendukung).
-
Peralatan apa saja yang diperlukan
(piranti tangan untuk para pemain seperti; tongkat, senjata, dan lain
sebagainya).
-
Perpindahan lokasi kejadian dari babak
atau adegan satu ke adegan lain.
-
Suasana yang dikehendaki pada setiap
adegan.
b. Diskusi
Dengan Sutradara
Hasil sketsa yang telah
dibuat oleh penata panggung selanjutnya dibawa dalam pertemuan penata artistik
dengan sutradara. Dalam pertemuan ini dibahas konsep tata artistik yang akan
digunakan dalam pementasan. Sutradara memberikan gambaran dasar tata artsitik
yang dikehendaki. Kemudian penata artistik atau sutradara artistik menjelaskan maksud
sutradara tersebut secara lebih jelas dalam gambaran tata artistik yang
dimaksudkan.
c. Menghadiri
Latihan
Setelah menentukan
gambar tata panggung, maka tugas penata panggung adalah menghadiri latihan.
Tata panggung tidak hanya berkaitan dengan keindahan set dekor tetapi juga
berkaitan dengan lalu lintas pemain di atas panggung. Tata panggung yang baik
tidak ada gunanya jika tidak dapat menyediakan ruang bermain yang leluasa bagi para
aktor. Pertimbangan area permainan sangatlah penting.
d. Mempelajari
Panggung
Mempelajari panggung
bagi penata panggung sangatlah penting. Karakter panggung satu dengan yang lain
berbeda. Ada panggung yang luas dan ada yang sempit. Jarak artistik yang
disediakan pun berbeda-beda. Semakin lebar jarak artistik maka semakin lebar
pula jarak pandang penonton. Hal ini mempengaruhi efek artistik tata panggung. Dalam
jarak yang jauh, penonton tidak bisa menangkap detil-detil kecil sehingga
hiasan di atas panggung harus dibuat dalam skala yang lebih besar.
e. Membuat
Gambar Rancangan
Tahap berikutnya adalah
membuat gambar rancangan yang telah disesuaikan dengan pilihan sutradara dan
area panggung tersedia. Gambar rancangan ini sudah dibuat dengan warna sehingga
Nampak lebih hidup dan dapat memberikan gambaran sesungguhnya.
f. Penyesuaian
Akhir
Seperti yang telah
disebutkan di atas. Setelah mendapatkan penyesuaian dari tim artistik tahap
berikutnya adalah membuat gambar rancangan final sesuai kesepakatan. Untuk
memberikan kejelasan baik bagi sutradara, pemain, dan tim artistik lain, gambar
rancangan ini dibuat dari berbagai macam sudut. Minimal tiga sudut yaitu tampak
depan, sudut kiri atas, dan sudut kanan atas..
g. Membuat
Maket
Tahap akhir sebelum
proses pengerjaan tata panggung adalah membuat maket atau replika tata
panggung. Langkah ini bukanlah suatu keharusan dalam proses penataan panggung,
tetapi maket akan memberikan gambaran nyata tata panggung yang akan dikerjakan.
h. Pengerjaan
Tahap terakhir dari
kerja tata panggung adalah pengerjaan atau aplikasi desain. Untuk memulai kerja,
seorang penata panggung harus mengetahui jenis dan sifat bahan yang akan
digunakan. Karena tata panggung hanyalah seni ilusi yang menyajikan perwakilan
gambaran kenyataan maka bahan yang digunakanpun tidak seperti bahan untuk membuat
bangunan sesungguhnya. Meskipun beberapa bahan bangunan nyata dapat digunakan
tetapi pengaplikasiannya berbeda. Bahan tata panggung biasanya terdiri dari:
-
Bahan dari logam seperti; kawat dan plat
aluminium tipis.
-
Bahan dari kayu.
-
Bahan dari busa atau spon.
-
Bahan dari kertas.
-
Berbagai macam lem.
-
Bahan pewarna seperti; cat tembok, cat
poster, cat minyak, akrilik dan lain sebagainya. Setelah mengenal dengan baik
bahan dan karakter bahan kerja selanjutnya adalah menggunakan alat yang tepat
sesuai dengan bahan yang tersedia. Beberapa peralatan tata panggung: Gunting
Kertas, Gunting Plat, Peralatan pertukangan, Alat Ukur, Alat mengecat, Las
listrik.
B.
TATA
CAHAYA/LAMPU
Cahaya adalah unsur
tata artistik yang paling penting dalam pertunjukan teater. Tanpa adanya cahaya
maka penonton tidak akan dapat menyaksikan apa-apa. Dalam pertunjukan era
primitif manusia hanya menggunakan cahaya matahari, bulan atau api untuk
menerangi. Sejak ditemukannya lampu penerangan manusia menciptakan modifikasi dan
menemukan hal-hal baru yang dapat digunakan untuk menerangi panggung
pementasan. Seorang penata cahaya perlu mempelajari pengetahuan dasar dan
penguasaan peralatan tata cahaya. Pengetahuan dasar ini selanjutnya dapat
diterapkan dan dikembangkan dalam pelanataan cahaya untuk kepentingan artistik
pemanggungan.
1.
Fungsi Tata Cahaya
Tata cahaya yang hadir
di atas panggung dan menyinari semua objek sesungguhnya menghadirkan
kemungkinan bagi sutradara, aktor, dan penonton untuk saling melihat dan
berkomunikasi. Semua objek yang disinari memberikan gambaran yang jelas kepada
penonton tentang segala sesuatu yang akan dikomunikasikan. Dengan cahaya,
sutradara dapat menghadirkan ilusi imajinatif. Banyak hal yang bisa dikerjakan bekaitan
dengan peran tata cahaya tetapi fungsi dasar tata cahaya ada empat, yaitu
penerangan, dimensi, pemilihan, dan atmosfir.
§ Penerangan.
Inilah
fungsi paling mendasar dari tata cahaya. Lampu memberi penerangan pada pemain
dan setiap objek yang ada di atas panggung. Istilah penerangan dalam tata cahaya
panggung bukan hanya sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat tetapi
memberi penerangan bagian tertentu dengan intensitas tertentu. Tidak semua area
di atas panggung memiliki tingkat terang yang sama tetapi diatur dengan tujuan
dan maksud tertentu sehingga menegaskan pesan yang hendak disampaikan melalui
laku aktor di atas pentas.
§ Dimensi.
Dengan
tata cahaya kedalaman sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat diciptakan
dengan membagi sisi gelap dan terang atas objek yang disinari sehingga membantu
perspektif tata panggung. Jika semua objek diterangi dengan intensitas yang
sama maka gambar yang akan tertangkap oleh mata penonton menjadi datar. Dengan
pengaturan tingkat intensitas serta pemilahan sisi gelap dan terang maka
dimensi objek akan muncul.
§ Pemilihan.
Tata
cahaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan objek dan area yang hendak disinari.
Jika dalam film dan televisi sutradara dapat memilih adegan menggunakan kamera
maka sutradara panggung melakukannya dengan cahaya. Dalam teater, penonton secara
normal dapat melihat seluruh area panggung, untuk memberikan fokus perhatian
pada area atau aksi tertentu sutradara memanfaatkan cahaya. Pemilihan ini tidak
hanya berpengaruh bagi perhatian penonton tetapi juga bagi para aktor di atas
pentas serta keindahan tata panggung yang dihadirkan.
§ Atmosfir.
Yang
paling menarik dari fungsi tata cahaya adalah kemampuannya menghadirkan suasana
yang mempengaruhi emosi penonton. Kata “atmosfir” digunakan untuk menjelaskan suasana
serta emosi yang terkandung dalam peristiwa lakon. Tata cahaya mampu
menghadirkan suasana yang dikehendaki oleh lakon. Sejak ditemukannya teknologi pencahayaan
panggung, efek lampu dapat diciptakan untuk menirukan cahaya bulan dan matahari
pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, warna cahaya matahari pagi berbeda dengan
siang hari. Sinar mentari pagi membawa kehangatan sedangkan sinar mentari siang
hari terasa panas. Inilah gambaran suasana dan emosi yang dapat dimunculkan
oleh tata cahaya.
Keempat fungsi pokok
tata cahaya di atas tidak berdiri sendiri. Artinya, masing-masing fungsi
memiliki interaksi (saling mempengaruhi). Selain keempat fungsi pokok di atas,
tata cahaya memiliki fungsi pendukung yang dikembangkan secara berlainan oleh
masing-masing ahli tata cahaya. Beberapa fungsi pendukung yang dapat ditemukan dalam
tata cahaya adalah sebagai berikut.
§ Gerak.
Tata
cahaya tidaklah statis. Sepanjang pementasan, cahaya selalu bergerak dan
berpindah dari area satu ke area lain, dari objek satu ke objek lain. Gerak
perpindahan cahaya ini mengalir sehingga kadang-kadang perubahannya disadari oleh
penonton dan kadang tidak. Jika perpindahan cahaya bergerak dari aktor satu ke
aktor lain dalam area yang berbeda, penonton dapat melihatnya dengan jelas.
Tetapi pergantian cahaya dalam satu area ketika adegan tengah berlangsung
terkadang tidak secara langsung disadari. Tanpa sadar penonton dibawa ke dalam
suasana yang berbeda melalui perubahan cahaya.
§ Gaya.
Cahaya
dapat menunjukkan gaya pementasan yang sedang dilakonkan. Gaya realis atau
naturalis yang mensyaratkan detil kenyataan mengharuskan tata cahaya mengikuti
cahaya alami seperti matahari, bulan atau lampu meja. Dalam gaya Surealis tata
cahaya diproyeksikan untuk menyajikan imajinasi atau fantasi di luar kenyataan
seharihari. Dalam pementasan komedi atau dagelan tata cahaya membutuhkan
tingkat penerangan yang tinggi sehingga setiap gerak lucu yang dilakukan oleh
aktor dapat tertangkap jelas oleh penonton.
§ Komposisi.
Cahaya
dapat dimanfaatkan untuk menciptakan lukisan panggung melalui tatanan warna
yang dihasilkannya.
§ Penekanan.
Tata
cahaya dapat memberikan penekanan tertentu pada adegan atau objek yang
dinginkan. Penggunaan warna serta intensitas dapat menarik perhatian penonton sehingga
membantu pesan yang hendak disampaikan. Sebuah bagian bangunan yang tinggi yang
senantiasa disinari cahaya sepanjang pertunjukan akan menarik perhatian penonton
dan menimbulkan pertanyaan sehingga membuat penonton menyelidiki maksud dari
hal tersebut.
§ Pemberian tanda.
Cahaya
berfungsi untuk memberi tanda selama pertunjukan berlangsung. Misalnya, fade
out untuk mengakhiri sebuah adegan, fade in untuk memulai adegan dan
black out sebagai akhir dari cerita. Dalam pementasan teater
tradisional, black out biasanya digunakan sebagai tanda ganti adegan
diiringi dengan pergantian
set.
2. Peralatan Tata Cahaya
Kerja tata cahaya
adalah kerja pengaturan sinar di atas pentas. Kecakapan dalam mendisitribusi
cahaya ke atas pentas sangat dibutuhkan. Dengan peralatan tata cahaya, kontrol
atau kendali atas distribusi cahaya itu dikerjakan. Penata cahaya perlu
mengendalikan intensitas, warna, arah, bentuk, ukuran, dan kualitas cahaya
serta gerak arus cahaya. Semua kendali itu bisa dimungkinkan karena
adanya peralatan tata cahaya yang memang dirancang untuk tujuan tersebut. Penguasaan
peralatan wajib dipelajari oleh penata cahaya.
a.
Bohlam
Bohlam (bulb, lamp)
adalah sumber cahaya. Bagian-bagian dari bohlam terdiri atas envelope, filament,
dan base. Envelope adalah cangkang yang terbuat dari gelas
kaca atau kwarsa untuk melindungi komponen dari udara dan mencegahnya dari
kebakaran.
b.
Reflektor dan Refleksi
Untuk memancarkan
cahaya dari bohlam ke objek yang disinari dibutuhkan reflektor. Cahaya yang
hanya berasal dari bohlam sinarnya kurang kuat dan tidak terarah pancarannya.
Dengan reflektor maka pancaran cahaya yang berasal dari bohlam dapat
ditingkatkan, diatur, dan diarahkan. Lampu panggung menggunakan tiga jenis
reflektor yaitu; ellipsoidal, spherical, dan parabolic. Reflektor
ellipsoidal berbentuk lengkungan setengah elips (lonjong) yang
mengelilingi lampu sehingga mencipatkan efek pancaran tiga dimensi. Jarak
masing-masing sisinya terhadap sumber cahaya tetap. Karena bentuknya tersebut
cahaya yang dihasilkan oleh reflector ellipsoidal memiliki dua focal
point (tittik temu fokus cahaya).
c.
Lensa
Cahaya memerlukan
pembiasan atau pembelokan sehingga besar kecilnya ukuran cahaya bisa diatur.
Alat yang digunakan untuk membiaskan cahaya adalah lensa yang terbuat dari
gelas kaca atau semacam plastik. Ada tiga jenis lensa yang digunakan dalam
lampu panggung, yaitu lensa plano convex, fresnel, dan pebble convex.
Lensa plano concex sisi luarnya berbentuk cembung (kurva) dan
memiliki permukaan yang halus. Lensa yang biasa disebut sebagai PC ini
digunakan untuk membentuk lingkaran cahaya yang garis tepinya jelas kelihatan (hard
edge). Ukuran dan ketebalan lensa sangat tergantung dari ukuran dan
intensitas hasil cahaya yang dikehendaki. Lensa fresnel adalah lensa
yang permukaannya membentuk cetakan bergerigi
d.
Lampu
Istilah lampu yang
digunakan di sini tidak mengacu pada kata lamp tetapi lantern. Kata
lamp diartikan sebagai bohlam dan lantern sebagai lampu dan
seluruh perlengkapannya termasuk di dalamnya bohlam. Istilah lantern digunakan
sebagai pembeda antara lampu panggung terhadap lampu rumahan. Dalam lampu
panggung ada terdapat banyak jenis lampu. Akan tetapi, secara mendasar
dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu flood dan spot. Flood memiliki
cahaya dengan sinar yang menyebar sedangkan spot memiliki sinar yang
menyorot terarah. Semua lampu memiliki keistimewaan tersendiri dalam menghasilkan
cahaya. Perkembangan teknologi lampu panggung terkadang menghasilkan sesuatu
yang baru dengan mengkombinasikan prinsip dan unsur yang ada di dalamnya. Tugas
utama dari lampu panggung adalah menghadirkan cahaya, warna, dan bentuk yang
dapat disesuaikan dan diarahkan menurut kebutuhan.
-
Floodlight, Bentuk
paling sederhana dalam khasanah lampu panggung adalah floodlight. Bohlam
dan reflektor diletakkan dalam sebuah kotak yang dapat diarahkan ke kanan dan
ke kiri serta ke atas dan ke bawah untuk mengatur jatuhnya cahaya. Tidak ada
pengaturan khusus lain yang bisa dilakukan seperti pengaturan bentuk, ukuran
sinar, dan fokus. Sifat menyebar dari sinar cahaya yang dihasilkan membuat
besaran area yang disinari tergantung dari jarak lampu terhadap objek.
-
Scoop, Lampu
scoop adalah lampu flood yang menggunakan reflector ellipsoidal
dan dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Sinar cahaya yang
dihasilkan memancar secara merata dengan lembut. Lampu ini sangat efisien untuk
menerangi areal tertentu yang terbatas. Karakter cahayanya yang lembut membuat
lampu scoop sangat ideal untuk memadukan warna cahaya. Selain digunakan
untuk panggung teater dan teater boneka, scoop juga digunakan untuk
televisi, studio photografi, dan gedung yang membutuhkan penerangan khusus
seperti museum.
-
Fresnel, Fresnel
merupakan lampu spot yang memiliki garis batas sinar cahaya yang lembut. Lampu
ini menggunakan reflektor spherical dan lensa fresnel. Karena karakter
lensa fresnel yang bergerigi pada sisi luarnya maka bagian tengah lingkaran
cahaya yang dihasilkan lebih terang dan meredup ke arah garis tepi cahaya.
Pengaturan ukuran sinar cahaya dilakukan dengan menggerakkan bohlam dan
reflektor mendekati lensa. Semakin dekat bohlam dan reflektor ke lensa maka
lingkaran sinar cahaya yang dihasilkan semakin besar. Sifat lingkaran cahaya
yang lembut memungkinkan dua atau lebih lampu fresnel memadukan warna cahaya
pada objek atau area yang disinari.
-
Profile, Lampu
profile termasuk lampu spot yang menggunakan lensa plano convex sehingga
lingkaran sinar cahaya yang dihasilkan memiliki garis tepi yang tegas. Dengan
mengatur posisi lensa, maka lingkaran sinar cahaya bisa disesuaikan. Jika lampu
profile dalam keadaan fokus maka batas lingkaran cahaya akan jelas
terlihat dan jika tidak fokus batas lingkaran cahayanya akan mengabur meskipun
tidak selembut lampu fresnel.
-
Pebble Convex, Struktur
lampu ini sama dengan fresnel yaitu menggunakan reflektor spherical.
Yang membedakan adalah digunakannya lensa pebble convex. Pada mulanya,
terdapat pula lampu semacam ini dengan menggunakan lensa plano convex dan
sering disebut dengan lampu PC.
-
Follow Spot, Lampu
follow spot sering juga disebut lime adalah lampu yang dapat
dikendalikan secara langsung oleh operator untuk mengikuti gerak laku aktor di
atas panggung.
-
PAR, atau
dapat juga ditulis dengan par adalah lampu yang bohlam, reflektor, dan lensanya
terintegrasi. Par merupakan singkatan dari parabolic aluminized reflector.
Dengan demikian unit lampu par menggunakan lensa parabolik. Karena lampu par
adalah berbentuk satu kesatuan (unit) maka ukuran sinar cahayanya tidak dapat
disesuaikan kecuali dengan mengganti lampunya. Ukuran diameter dan watt lampu par
bermacam-macam.
-
Efek, Lampu
efek adalah lampu yang menghadirkan cahaya khusus untuk kepentingan tertentu.
Misalnya dalam sebuah pertunjukan teater menghendaki lukisan cahaya yang penuh
fantasi maka digunakanlah lampu efek yang dapat menciptakan lukisan cahaya
tersebut. Terdapat aneka macam lampu efek tetapi semua sangat tergantung
kebutuhan dan kepentingan artistik
-
Practical, Yang
dimaksud dengan lampu practical adalah lampu yang digunakan sehari-hari
tetapi diperlukan dalam sebuah pementasan. Misalnya lampu belajar, lampu
gantung atau lampu hiasan dinding. Dalam pertunjukan teater yang menghadirkan
latar cerita realis yang berdasar pada kenyataan, tata panggung dibuat
menyerupai keadaan sebenarnya. Jika dalam cerita menghendaki adanya lampu
gantung di satu rumah mewah maka lampu tersebut harus dihadirkan. Jika cerita terjadi
malam hari dan lampu tersebut harus dinyalakan maka lampu gantung itupun
dinyalakan. Karena keadaan di panggung berbeda dengan kenyataan, maka tugas
penata lampu adalah mengatur teknik pencahayaan sehingga sumber cahaya
seolah-olah hanya berasal dari lampu gantung.
e.
Perlengkapan Pemasangan
Untuk memasang lampu di atas pentas
dibutuhkan berbagai macam perlengkapan pemasangan. Perlengkapan tersebut ada
yang telah terpasang secara permanen dan ada yang dapat dipindah-pindahkan. Perlengkapan
pemasangan lampu yang terdiri dari bar dan boom, stand, serta clamp
dan bracket.
-
Bar dan Boom, Perlengakapan
pemasangan lampu harus dibuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan berat
sejumlah lampu yang dipasang. Dalam panggung biasanya terdapat baris untuk
menggantungkan lampu yang dibuat dari pipa besi dan di ataur secara horisontal
dan vertikal. Pipa besi yang dipasang secara horisontal ini disebut bar (di
Amerika disebut pipe), dan yang dipasang secara vertikal disebut boom.
Bar digunakan untuk menggantungkan lampu di atas panggung yang terdiri dari
beberapa baris mulai dari atas siklorama sampai ke baris depan di atas
penonton. Dalam panggung modern bar tidak dibuat statis melainkan bisa
diturunkan dan dinaikkan sehingga jarak dan sudut lampu dapat disesusaikan
dengan mudah. Berbeda dengan boom yang dipasang di sayap panggung secara
vertikal dan permanen. Fungsi boom adalah untuk memasang lampu samping.
-
Stand, Perlengkapan
untuk menggantungkan lampu yang bisa berpindah-pindah adalah stand. Sebuah
pipa yang terbuat dari logam kuat yang dapat berdiri dengan tegak dan kuat
menahan berat lampu yang dipasang.
-
Clamp dan Bracket, Untuk
menggantungkan lampu pada bar dibutuhkan klem (clamp) sedangkan
untuk menggantungkan lampu pada boom dibutuhkan siku (bracket)
yang disebut boom arm. Kelem yang umum digunakan berbentuk leter “C” dan
sering disebut dengan C-clamp atau hook clamp. Untuk
mengencangkan atau mengunci kelem ke bar digunakan sekrup. Bentuk dan
ukuran hook clamp ini bervariasi tetapi fungsinya sama saja.
f.
Asesoris
Cahaya yang dihasilkan
dari lampu dapat diatur sedemikian rupa. Selain karena faktor reflektor,
bohlam, dan lensa pengaturan cahaya dapat diperkaya dengan menambah asesoris.
Di bawah ini dijelaskan asesoris yang dapat dipergunakan untuk memperkaya
pencahayaan.
-
Filter, atau
color adalah plastik warna yang digunakan untuk memberi warna pada
cahaya. Filter adalah asesori yang paling penting untuk mengubah warna natural
cahaya yang dihasilkan lampu sesuai keinginan dengan cara memasang filter di depan
perangkat.
-
Barndoor adalah
sebuah alat yang memiliki sirip atau penutup yang dapat diatur dan
disesuaikan. Barndoor digunakan untuk mengatur pendaran cahaya dalam
artian mencegah cahaya bocor ke areal yang tidak dinginkan.
-
Iris adalah piranti untuk memperbesar
atau memperkecil diameter lingkaran sinar cahaya yang dihasilkan oleh lampu.
Dengan sebuah gagang kecil yang tersedia, ukuran lingkaran bisa disesuaikan.
-
Donut adalah
pelat metal yang digunakan untuk meningkatkan ketazaman lingkar sinar cahaya
yang dihasilkan oleh lampu spot. Donat juga membantu memperjelas pola atau
motif gambar cahaya yang hendak dihasilkan dengan menghilangkan pendar cahaya
yang tidak diperlukan. Garis cahaya semakin jelas dan bentuk sinar cahaya
benar-benar sirkuler.
-
Gobo adalah
pelat metal yang dicetak membentuk pola atau motif tertentu. Jika pelat ini
dipasang pada lampu dan diproyeksikan maka cahaya akan membentuk pola seperti
yang tergambar pada gobo tersebut. Untuk memasang gobo diperlukan
bingkai atau tempat khusus yang disebut gobo holder.
-
Snoot atau
sering juga disebut top hat adalah piranti yang digunakan untuk mengurangi
tumpahan cahaya. Dengan dipasang pada bagian depan lampu maka snoot akan
memperpanjang ukuran lampu dan mempersempit sudut sinar cahaya yang dihasilkan.
g.
Dimmer dan Kontrol
Untuk mengkontrol
intensitas cahaya dan mengatur perubahan cahaya dalam intensitas tertentu
dibutuhkan alat yang disebut dimmer. Secara sederhana sumber listrik
dialirkan ke sebuah dimmer untuk mengalirkan arus listrik ke lampu. Dimmer
dapat mengubah intensitas cahaya dari rendah ke tinggi atau sebaliknya
dengan mengatur panas (temperatur) yang mengalir ke filamen bohlam.
3.
Warna Cahaya
Setelah mengetahui
secara teknis dasar pemasangan dan pengoperasian lampu maka langkah berikutnya
adalah mengenai warna cahaya. Warna cahaya sangat berpengaruh pada suasana
panggung. Dalam pertunjukan teater realis yang meniru warna cahaya matahari maka
harus benar-benar dibedakan antara warna matahari di saat fajar, pagi, siang,
dan sore hari. Kesalahan pemilihan warna dapat berakibat fatal berkaitan dengan
latar waktu kejadian peristiwa. Misalnya, seorang pemain mengucapkan kalimat,
“Pada saat fajar menyingsing ini, aku bulatkan tekadku!”, sementara warna
cahaya yang ditampilkan adalah putih terang. Hal ini akan menimbulkan keanehan
karena matahari pada fajar hari berwarna semburat kemerahan dan bukan putih
terang.
a.
Pencampuran Warna, cahaya
dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu additive mixing dan subtractive
mixing. Pencampuran warna additive adalah pecampuran warna dari dua
lampu berwarna berbeda dalam satu area.
b.
Refleksi Warna Cahaya,
cahaya yang menyinari sebuah permukaan akan memantul atau menimbulkan refleksi.
Di atas telah dijelaskan jenis refleksi yang dapat ditimbulkan oleh cahaya.
Pada bahasan ini akan dijelaskan refleksi warna yang ditimbulkan setelah cahaya
menyinari sebuah permukaan. Jika cahaya menyinari sebuah permukaan berwarna
maka efek refleksinya sama dengan warna yang ada pada permukaan tersebut. Warna
cahaya natural adalah putih atau biasa disebut netral. Jika warna cahaya netral
menyinari permukaan berwarna merah maka akan menimbulkan refleksi cahaya
berwarna merah.
4.
Penyinaran
Prinsip dasar
penyinaran adalah membuat objek yang disinari jelas terlihat dan cahaya tidak
bocor sampai ke penonton atau bagian panggung lainnya yang tidak memerlukan
sinar. Tetapi karena karya teater adalah karya artistik maka penyinaran dalam
panggung teater juga harus mampu menghadirkan efek artistik yang dikehendaki.
Dengan mengatur sudut penyinaran efek-efek artistik bisa dimunculkan. Dalam satu
cerita atau adegan terkadang membutuhkan pencahayaan tertentu yang tidak hanya
asal terang. Misalnya, untuk menghadirkan seorang tokoh misterius dibutuhkan
penampakkan siluet, maka lampu harus diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan
siluet tokoh tersebut. Dengan mencoba pengaturan sudut datangnya cahaya, maka
efek tertentu akan didapatkan.
a.
Penyinaran Aktor, Guna
menyinari aktor yang mengahadap ke penonton ada teknik dasar yang bisa
diterapkan. Selain kejelasan pencahayaan juga harus mampu menampilkan dimensi.
Untuk hasil termudah letakkan dua lampu dengan arah atas 450 (derajat) pada
masing-masing sisi dimana aktor berdiri. Karena sinar cahaya lebih lebar dari pada
tubuh actor maka ia bisa bergerak di seputar lingkar cahaya dengan tetap
tersinari. Kedua posisi lampu akan membentuk sudut 900 (derajat) sehingga
lingkar cahaya yang dihasilkan akan mampu menyinari area yang cukup bagi aktor
untuk bergerak.
b.
Penyinaran Area, Prinsip
dasar penyinaran aktor dengan dua lampu bisa diterapkan untuk penyinaran area.
Panggung pertunjukan secara umum dibagi menjadi 9 area permainan. Dengan
menerapkan prinsip di atas maka masing-masing area disinari oleh minimal dua
lampu yang diambil dari sudut 450 pada masing-masing sisinya. Karena ukuran panggung
yang berbeda-beda maka jarak pengambilan antara lampu dan area yang akan
disinari perlu dipertimbangkan.
5.
Praktek Tata Cahaya
Proses kerja penataan
cahaya dalam pementasan teater membutuhkan waktu yang lama. Seorang penata
cahaya tidak hanya bekerja sehari atau dua hari menjelang pementasan. Kejelian
sangat diperlukan, karena fungsi tata cahaya tidak hanya sekedar menerangi panggung
pertunjukan. Kehadiran tata cahaya sangat membantu dramatika lakon yang
dipentaskan. Tidak jarang sebuah pertunjukan tampak sepektakuler karena kerja
tata cahayanya yang hebat. Untuk hasil yang terbaik, penata cahaya perlu
mengikuti prosedur kerja mulai dari menerima naskah sampai pementasan.
a.
Mempelajari Naskah, Naskah
lakon adalah bahan dasar ekspresi artistik pementasan teater. Semua kreativitas
yang dihasilkan mengacu pada lakon yang dipilih. Tidak hanya sutradara dan
aktor yang perlu mempelajari naskah lakon. Penata cahaya pun perlu mempelajari
naskah lakon.
b.
Diskusi Dengan Sutradara, Penata
cahaya perlu meluangkan waktu khusus untuk berdiskusi dengan sutradara. Setelah
mempelajari naskah dan mendapatkan gambaran keseluruhan kejadian peristiwa
lakon, penata cahaya perlu mengetahui interpretasi dan keinginan sutradara
mengenai lakon yang hendak dimainkan tersebut. Mungkin sutradara mengehendaki
penonjolan pada adegan tertentu atau bahkan menghendaki efek khusus dalam
persitiwa tertentu.
c.
Mempelajari Desain Tata Busana, Berdiskusi
dengan penata busana lebih khusus adalah untuk menyesuaikan warna dan bahan
yang digunakan dalam tata busana.
d.
Mempelajari Desain Tata Panggung, Diskusi
dengan penata panggung sangat diperlukan karena tugas tata cahaya selain
menyinari aktor dan area juga menyediakan cahaya khusus untuk set dan properti
yang ada di panggung. Selain bahan dan warna, penataan dekor di atas pentas
penting untuk dipelajari. Jika desain tata panggung memperlihatkan sebuah
konstruksi maka tata cahaya harus membantu memberikan dimensi pada konstruksi
tersebut. Jika desain tata panggung menampilkan bangunan arsitektural gaya tertentu
maka tata cahaya harus mampu membantu menampilkan keistemewaan gaya arstitektur
yang ditampilkan.
e.
Memeriksa Panggung dan Perlengkapan,
Memeriksa
panggung dan perlengkapan adalah tugas berikutnya bagi penata cahaya. Dengan
mempelajari ukuran panggung maka akan diketahui luas area yang perlu disinari.
Penempatan baris bar lampu menentukan sudut pengambilan cahaya yang akan
ditetapkan.
f.
Menghadiri Latihan, Untuk
mendapatkan gambaran lengkap dari situasi masing-masing adegan yang diinginkan
penata cahaya wajib mendatangi sesi latihan aktor. Selain untuk memahami
suasana adegan, penata cahaya juga mencatat hal-hal khusus yang menjadi fokus
adegan. Hal ini sangat penting bagi penata cahaya untuk merencanakan
perpindahan cahaya dari adegan satu ke adegan lain. Perpindahan cahaya yang
halus membuat penonton tidak sadar digiring ke suasana yang berbeda. Hasilnya,
efek dramatis yang akan ditampilkan oleh cerita jadi semakin mengena.
g.
Membuat Konsep, Setelah
mendapatkan keseluruhan gambaran dan pemahaman penata cahaya mulai membuat
konsep pencahayaan. Konsep ini hanya berupa gambaran dasar penata cahaya
terhadap lakon dan pencahayaan yang akan diterapkan untuk mendukung lakon
tersebut. Warna, intensitas, dan makna cahaya dituangkan oleh penata cahaya
pada konsepnya. Tidak hanya penggambaran suasana yang dituangkan tetapi bisa
saja simbol-simbol tertentu yang hendak disampaikan untuk mendukung makna
adegan.
h.
Plot Tata Cahaya, Konsep
yang sudah jadi dan disepakati selanjutnya dijabarkan secara teknis pertama kali
dalam bentuk plot tata cahaya. Plot ini akan memberikan gambaran laku tata
cahaya mulai dari awal sampai akhir pertunjukan. Seperti halnya sebuah sinopsis
cerita, perjalanan tata cahaya digambarkan dengan jelas termasuk efek cahaya
yang akan ditampilkan dalam adegan demi adegan.
i.
Gambar Desain Tata Cahaya, Untuk
memberikan gambaran teknis yang lebih jelas, perlu digambarkan tata letak
lampu. Berdasar pada plot tata cahaya yang dibuat maka rencana penataan lampu
bisa digambarkan. Semua jenis dan ukuran lampu yang akan digunakan digambarkan
tata letaknya. Sebelum menggambarkan tata letak lampu perlu diketahui dulu simbol-simbol
lampu. Simbol gambar lampu mengelami perkembangan. Hal ini berkaitan dengan
jenis lampu yang tersedia dan umum digunakan.
j.
Penataan dan Percobaan, Setelah
memiliki gambar desain tata cahaya maka kerja berikutnya adalah memasang dan
mengatur lampu sesuai desain.
k.
Pementasan, Tahap
terakhir adalah pementasan. Seluruh kerja tata lampu dibuktikan pada saat malam
pementasan. Kegagalan yang terjadi meskipun sedikit akan mempengaruhi hasil
seluruh pertunjukan.
C. TATA RIAS
Tata rias secara umum
dapat diartikan sebagai seni mengubah penampilan wajah menjadi lebih sempurna.
Tata rias dalam teater mempunyai arti lebih spesifik, yaitu seni mengubah wajah
untuk menggambarkan karakter tokoh. Tata Rias dalam teater bermula dari
pemakaian kedok atau topeng untuk menggambarkan karakter tokoh. Contohnya,
teater Yunani yang memakai topeng lebih besar dari wajah pemain dengan garis
tegas agar ekspresinya dapat dilihat oleh penonton. Beberapa teater primitif
menggunakan bedak tebal yang biasa dibuat dari bahan-bahan alam, seperti
tanah,tulang, tumbuhan, dan lemak binatang. Pemakaian tata rias akhirnya
menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari peristiwa teater.
1.
Jenis
Tata Rias
a. Tata Rias Korektif
Tata rias korektif (corective
make-up) merupakan suatu bentuk tata rias yang bersifat menyempurnakan
(koreksi). Tata rias ini menyembunyikan kekurangan-kekurangan yang ada pada
wajah dan menonjolkan hal-hal yang menarik dari wajah. Setiap wajah memiliki
kekuarangan dan kelebihan. Seseorang yang memiliki bentuk wajah kurang
sempurna, misalnya dahi terlalu lebar, hidung kurang mancung dan
sebagainya,dapat disempurnakan dengan make up korektif. Seorang pemain membutuhkan
tata rias korektif ketika tampilannya tidak membutuhkan perubahan usia, ras,
dan perubahan bentuk wajah. Biasanya pemeran memiliki kesesuaian dengan tokoh
yang diperankan. Wajah pemain cukup disempurnakan dengan menyamarkan,
menegaskan, dan menonjolkan bagian-bagian wajah sesuai dengan tokoh yang
dimainkan.
b. Tata Rias Fantasi
Tata rias fantasi
dikenal juga dengan istilah tata rias karakter khusus. Disebut tata rias
karakter khusus, karena menampilkan wujud rekaan dengan mengubah wajah tidak
realistik. Tata rias fantasi menggambarkan tokoh-tokoh yang tidak riil
keberadaannya dan lahir berdasarkan daya khayal semata. Tipe tata rias fantasi
beragam, mulai dari badut, tokoh horor, sampai binatang. Beberapa teater di
Asia, seperti Opera Cina dan Kabuki menggunakan jenis tata rias fantasi. Tata
Rias Opera Cina menyerupai topeng.
c. Tata Rias Karakter
Tata rias karaker
adalah tata rias yang mengubah penampilan wajah seseorang dalam hal umur,
watak, bangsa, sifat, dan ciri-ciri khusus yang melekat pada tokoh. Tata rias
karakter dibutuhkan ketika karakter wajah pemeran tidak sesuai dengan karakter
tokoh. Tata rias karakter tidak sekedar menyempurnakan, tetapi mengubah
tampilan wajah. Contohnya, mengubah umur pemeran dari muda menjadi lebih tua.
Mengubah anatomi wajah pemain untuk memenuhi tuntutan tokoh dapat juga
digolongkan sebagai tata rias karakter, misalnya memanjangkan telinga. Tokoh
tersebut memiliki latar Suku Dayak Kalimantan yang memiliki tradisi
memanjangkan telinga.
2.
Bahan
dan Peralatan Tata Rias
a.
Bahan Tata Rias
Seorang penata rias
harus mengerti bahan-bahan yang dapat data tersedia untuk merias. Bahan-bahan
ini biasanya tersedia di took kosemetik. Masing-masing bahan digunakan secara
berbeda sesuai pentahapan dan fungsi tata rias seperti dijelaskan dalam paparan
berikut.
-
Cleanser, sering disebut juga
pembersih. Cleanser atau pembersih bentuknya macam-macam, seperti krim, gel,
dan lotion. Cleanser fungsinya membersihkan wajah dari kotoran,
sehingga wajah menjadi bersih dan bebas dari lemak
-
Astringent, disebut juga toner,
clarifying, atau penyegar. Berbentuk cair dan berfungsi menyegarkan
wajah.
-
Concealer, Pada wajah manusia
sering terdapat noda hitam atau coklat yang mengganggu penampilan. Capek dan
kurang istirahat sering menimbulkan berkas hitam melingkar di sekitar mata. Concealer
adalah sejenis bahan tata rias yang berfungsi untuk menyamarkan sekaligus
menutup kekurangan tersebut.
-
Foundation, disebut
juga sebagai alas bedak. Berfungsi memberikan efek mulus pada wajah. Foundation
diaplikasikan sesudah concelear.
-
Losse Powder, biasa disebut juga
bedak tabur. Losse powder bentuknya bubuk yang halus dan lembut.
-
Compact Powder, disebut
juga sebagai bedak padat. Bedak padat berfungsi untuk lebih menyempurnakan wajah.
Wajah menjadi tambah mulus.
-
Blush on, disebut juga
sebagai pemerah pipi. Bahan ini untuk memberikan rona merah pada pipi sehingga
tampil lebih segar dan berseri.
- Kosmetik Bibir, digunakan
untuk membentuk dan memperindah bibir. Peralatan yang digunakan
bermacam-macam tergantung dari pembentukan serta warna yang diinginkan. Setiap
bibir manusia memiliki karakter yang berbeda dan terkadang menggambarkan watak
pemiliknya. Untuk mengubah kesan asli tersebut, bentuk bibir perlu disesuaikan
dengan karakter peran. Untuk mebentuk dan memperindah bibir diperlukan. Lipstik.
Pemerah atau pewarna bibir.
- Kosmetik Mata, untuk membentuk dan memperindah
mata.. Dengan kosmetik ini mata seseorang pemain dapat dibuat sesuai dengan tuntutan
karakter peran yang akan dimainkan. Beberapa kosmetik mata tersebut adalah
sebagai berikut. Eye shadow atau perona mata. Diaplikasikan pada kelopak
mata untuk menambah karakter.
-
Body Painting, adalah
bahan yang bersifat opak (menutup) berbentuk krim dan stik. Di Indonesia banyak
tersedia dalam bentuk krim. Bahan ini biasa digunakan untuk tata rias fantasi.
b.
Peralatan Tata Rias
Peralatan tata rias
sangatlah beragam tergantung dari kegunaannya. Beberapa memiliki fungsi yang
sangat khusus untuk merias bagian yang sangat khusus seperti alis, bulu mata,
dan lain sebagainya. Dengan mengenal peralatan tata rias maka kesalahan penggunaan
alat bisa diminimalisir. Sering terjadi pada penata rias amatir yang sekenanya
saja mempergunakan peralatan tata rias. Hal ini menyebabkan alat tersebut mudah
rusak atau tidak lagi dapat digunakan dengan baik.
- Sikat Alis, memiliki
bentuk ganda. Pada satu sisi berbentuk sisir kecil dan sisi yang lain adalah
sikat yang berbentuk seperti sikat gigi. Fungsinya untuk merapikan alis, baik
sebelum dan sesudah pemakaian pencil alis dan shadow.
- Sikat Bulu Mata, Sikat
dengan bulu-bulu yang ditata melingkar seperti spiral. Sikat ini memiliki
karakter bulu sikat yang kasar. Fungsinya untuk membersihkan bulu mata dan
menyempurnakan maskara yang tidak rata.
- Kuas Alis, berbulu
halus atau kasar. Ujung kuas dipotong menyerong atau diagonal. Kuas ini
digunakan untuk membaurkan pensil alis atau eye shadow yang telah diaplikasikan
sehingga terlihat rapi dan natural.
-
Kuas
Eyeliner, ada
dua macam. Pertama, kuas dengan bulubulu yang halus, agak panjang dan ramping.
Kuas eyeliner berfungsi untuk melukis garis mata. Melukis garis mata
bisa memakai eye shadow atau eyeliner cair. Apabila menggunakan
bahan eyes hadow, baiknya kuas dalam keadaan basah. Sebaliknya kalau
menggunakan bahan eyeliner cair, kuas baiknya dalam keadaan kering.
Kedua, kuas dengan bulu-bulu halus, ujungnya bulat dan bulunya agak tebal. Kuas
ini berfungsi menyempurnakan dan memadukan eyeliner dengan pencil mata.
- Kuas Bibir, berukuran
sedang dengan bulu lembut dan berujung lancip. Digunakan untuk mengaplikasikan
pewarna bibir dan lipgloss.
- Kuas Concealer, memiliki ukuran bervariasi. Kuas
ini digunakan unuk mengaplikasikan concealer pada noda-noda yang
terdapat di wajah
-
Kuas Eye Shadow, terdiri dari dua jenis.
Pertama, berbentuk pipih, berujung tipis, dengan bulu-bulu lembut. Fungsinya untuk
membentuk garis dan memadukan warna setelah diaplikasikan. Kedua, kuas berbulu
tebal, lembut, dan ujungnya bulat. Kuas ini digunakan unuk membantu menyempurnakan
sapuan gradasi warna eye shadow. Kuas ini juga dapat difungsikan untuk
membentuk serta menghaluskan bayangan hidung.
- Kuas Kipas, berbentuk
pipih dan melebar seperti kipas. Terbuat dari bulu-bulu yang sangat halus. Kuas
ini digunakan untuk membersihkan serpihan-serpihan kosmetik yang mengotori
wajah.
-
Kuas
Shading, memiliki
bulu-bulu yang lembut, tebal, dan ujungnya dibentuk serong. Digunakan untuk
mengaplikasikan shading pada bagian-bagian wajah yang bersudut, seperti hidung
atau rahang.
-
Kuas
Blush On, memiliki
gagang langsing dengan bulu lembut dan agak tebal. Berfungsi untuk
mengaplikasikan blush on pada pipi atau bagian wajah lainnya.
-
Kuas
Powder, bergagang
besar dengan bulu-bulu yang lembut dan gemuk. Kuas ini digunakan untuk
mengaplikasikan losse powder.
-
Velour Powder Puff, terbuat
dari bahan sejenis beludru yang lembut. Berbentuk bundar dan tersedia dalam dua
ukuran, yaitu besar dan kecil. Besar untuk mengaplikasikan bedak tabur dan
kecil untuk bedak padat pada wajah.
- Spon Wajik, berbentuk
segi tiga. Digunakan untuk meratakan concealer atau foundation pada
bagian-bagain wajah yang sulit dijangkau, seperti bagian bawah mata, sudut
mata, dan hidung.
- Spon Bundar,
terbuat dari bahan lateks yang memiliki sifat tidak menyerap. Berfungsi untuk
mengaplikasikan foundation.
- Aplikator
Berujung Spon, bagian ujung terbuat dari spon digunakan untuk
mengaplikasikan eye shadow.
- Pinset, terbuat
dari logam dengan ujung pipih. Pinset berfungsi untuk mencabut bulu alis.
- Gunting, idealnya
tersedia dalam berbagai ukuran. Setidaknya tersedia gunting dalam ukuran kecil.
Baik gunting biasa, maupun gunting potong. Gunting potong rambut bisa dimanfaatkan
untuk merapikan alis, kumis, dan jenggot.
- Pencukur Alis, berupa
pisau kecil yang bergerigi. Alat ini berguna untuk membentuk alis.
- Penjepit Bulu Mata, biasanya
terbuat dari logam. Bergagang seperti gunting dengan ujung melengkung seperti
bulu mata. Fungsinya untuk melentikkan bulu mata.
3.
Fungsi
Tata Rias
Tokoh dalam teater
memiliki karakter berbeda-beda. Penampilan tokoh yang berbeda-beda membutuhkan
penampilan yang berbeda sesuai karakternya. Tata rias merupakan salah satu cara
menampilkan karakter tokoh yang berbeda-beda tersebut. Tata rias dalam teater
memiliki
fungsi sebagai berikut:
a. Menyempurnakan penampilan wajah
Wajah seorang pemain
memiliki kekurangan yang bisa disempurnakan dengan mengaplikasikan tata rias.
Seorang pemain, misalnya, memiliki hidung yang kurang mancung, mata yang tidak
ekspresif, bibir yang kurang tegas, dan sebagainya. Tata rias bisa
menyempurnakan kekurangan tersebut sehingga muncul kesan hidung tampak mancung,
mata menjadi lebih ekspresif, dan bibir bergaris tegas. Penyempurnaan wajah
dilakukan pada pemain yang secara fisik telah sesuai dengan tokoh yang
dimainkan. Misalnya, seorang remaja memerankan siswa sekolah. Tata rias tidak
perlu mengubah usia, tetapi cukup menyempurnakan dengan mengoreksi kekurangan
yang ada untuk disempurnakan. Pemain yang tidak menggunakan rias, wajahnya akan
tampak datar, tidak memiliki dimensi.
b. Menggambarkan karakter tokoh
Karakter berarti watak.
Tata rias berfungsi melukiskan watak tokoh dengan mengubah wajah pemeran
menyangkut aspek umur, ras, bentuk wajah dan tubuh. Karakter wajah merupakan
cermin psikologis dan latar sosial tokoh yang hadir secara nyata. Misalnya,
seorang yang optimis digambarkan dengan tarikan sudut mata cenderung ke atas.
Sebaliknya, tokoh yang pesimistis cenderung memiliki karakter garis mata yang
menurun. Tata rias memiliki kemampuan dalam mengubah sekaligus menampilkan
karakter yang berbeda dari seorang pemeran.
c. Memberi efek gerak pada ekspresi
pemain
Wajah seorang pemain di
atas pentas, tampak datar ketika tertimpa cahaya lampu. Oleh karena itu
dibutuhkan tata rias untuk menampilkan dimensi wajah pemain. Tata rias
berfungsi menegaskan garis-garis wajah karakter, sehingga saat berekspresi
muncul efek gerak yang tegas dan dapat ditangkap oleh penonton. Seorang penata
rias harus mencermati gerak ekspresi wajah untuk menentukan garis yang akan
dibuat.
d. Menegaskan dan menghasilkan
garis-garis wajah sesuai dengan tokoh
Menampilkan wajah
sesuai dengan tokoh membutuhkan garis baru yang membentuk wajah baru. Fungsi
garis tidak sekedar menegaskan, tetapi juga menambahkan sehingga terbentuk
tampilan yang berbeda dengan wajah asli pemain. Misalnya, seorang remaja yang
memerankan seorang yang telah berumur 50 tahun. Wajah perlu ditambahkan
garis-garis kerutan sesuai wajah seorang yang berusia 50 tahun. Seorang yang
berperan menjadi tokoh binatang, maka perlu membuat garis-garis baru sesuai
dengan karakter wajah binatang yang diperankan.
e. Menambah aspek dramatik.
Peristiwa teater selalu
tumbuh dan berkembang. Tokoh-tokoh mengalami berbagai peristiwa sehingga
terjadi perubahan dan penambahan tata rias. Misalnya, seorang tokoh tertusuk
belati, tertembak, tersayat wajahnya, maka dibutuhkan tata rias yang memberikan
efek sesuai dengan kebutuhan. Tata rias bisa memberikan efek dramatik dari
peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan menciptakan efek tertentu sesuai dengan
kebutuhan.
4. Praktek
Tata Rias
Praktek tata rias
memaparkan urutan kerja dalam merias pemain. Tata urutan kerja atau prosedur
tata rias perlu diketahui agar proses berjalan secara efektif dengan hasil yang
maksimal.
a.
Persiapan
Persiapan merupakan tahapan
yang penting dalam praktek tata rias. Seorang piñata rias perlu melakukan
persiapan berupa perencanaan, persiapan tempat, bahan dan peralatan, serta
persiapan pemain.
- Perencanaan,
Perencanaan
dimulai dengan diskusi dengan sutradra, pemain, dan penata artistik yang lain.
Penata rias mencatat masukan-masukan dari sutradara terkait dengan tata rias.
Catatan sutradara sebagai masukan bagi penata rias untuk membuat desain atau
rancangan.
- Persiapan
Tempat, tempat
merias memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan sebuah hasil kerja
tata rias. Hal yang perlu diperhatikan terkait dengan tempat adalah
perlengkapan tempat rias. Tempat rias idealnya memiliki cermin yang dilengkapi
dengan penerangan yang cukup. Cermin yang dibutuhkan untuk tata rias setidaknya
berukuran relatif besar sehingga mampu menangkap bagian tubuh dan wajah pemain
secara utuh.Cermin idealnya juga terpasang di almari cabinet yang memiliki
tempat untuk meletakkan bahan dan peralatan tata rias.
- Persiapan
Bahan dan Peralatan, seorang penata rias harus tahu bahan apa
saja yang dibutuhkan untuk melakukan kerjanya. Bahan-bahan harus disiapkan
dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan. Misalnya, untuk suatu pementasan menangani
8 pemain, maka diperhitungkan kebutuhan kapas, pembersih, shadow, dan
sebagainya. Demikian juga peralatan yang dibutuhkan. Bahan dan peralatan ditata
sedemikian rupa dan harus diketahui secara persis tempatnya agar saat praktek
tidak disibukkan dengan mencari bahan atau alat yang harus digunakan.
- Persiapan
Pemain, seorang penata rias harus bisa mengukur berapa waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Termasuk menghitung berapa
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan seorang pemain untuk siap
dirias. Persiapan seorang pemain dapat dipaparkan sebagai berikut: Melindungi kepala dan tubuh, membersihkan
wajah, mengenal wajah pemain.
b. Desain
Desain adalah rancangan berupa
gambar atau sketsa sebagai dasar penciptaan. Membuat desain pada dasarnya
adalah menuangkan gagasan dalam bentuk gambar atau sketsa. Proses tata rias
memerlukan desain sebelum bahan-bahan kosmetik diaplikasikan pada wajah pemain.
Desain mempermudah kerja penata rias dengan hasil yang maksimal. Membuat desain
merupakan tata cara kerja yang perlu ditradisikan. Desain dapat dibuat dalam
bentuk kartu besar dengan kertas yang relatif tebal. Kartu dapat dimanfaatkan
dua muka bolak-balik. Kartu tata rias memuat hal-hal sebagai berikut.
Bagian depan
Gambar wajah dari muka dan samping. Gambar wajah dari muka dan samping
dipakai untuk menuangkan konsep tata
rias. Contohnya, penempatan shading
dan highlight pada wajah, eye shadow, garis kerutan wajah, atau aplikasi lipstik. Tempat untuk catatan. Tempat catatan
dipakai untuk membuat catatan khusus
yang belum tervisualisasikan dalam gambar.
Contohnya, teknik aplikasi , karakter garis, atau arah tarikan aplikasi shadow maupun blush
on. Daftar bahan kosmetik. Kosmetik yang dipakai dalam tata rias didaftar lengkap dengan
spesifikasinya. Pencatatan bahan kosmetik
yang dibutuhkan ini membuat proses merias
menjadi lebih efektif . Penata rias dapat menyiapkan sekaligus mengontrol kebutuhan bahan yang
dipakai.
Bagian belakang
Produksi. Mencantumkan judul
pementasan. Sutradara. Mencantumkan nama sutradara. Tokoh. Mencantumkan nama
tokoh dalam naskah lakon. Karakter Tokoh. Memuat deskripsi karakter tokoh. Pemain.
Mencantumkan nama pemain. Karakter Pemain. Mendeskripsikan tipe dan ciri-ciri
wajah pemain. Jenis Tata Rias. Mencantumkan jenis tata rias. Catatan Khusus.
Memuat keterangan atau gambar yang belum terungkap di bagian depan.
c. Merias
Desain pada akhirnya
diaplikasikan pada pemeran. Seorang penata rias bekerja berdasarkan desain yang
telah dibuat. Seorang penata rias bisa menyerahkan sebagian pekerjaannya pada
seorang asisten dengan tetap berpedoman pada desain. Penata rias melakukan kontrol
dan penyempurnaan agar hasil sebagaimana yang diharapkan.
§
Tata Rias Korektif
Fungsi tata rias
korektif adalah untuk mengubah penampilan wajah menjadi lebih sempurna. Wajah
manusia memiliki kekurangan yang membuat penampilan kurang sempurna. Tata rias
korektif menyamarkan kekurangan yang ada sehingga wajah tampil lebih sempurna.
Penata rias perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Kenali kekurangan dan
kelebihan wajah, kenali karakter tokoh dengan baik, koreksi wajah pemain sesuai
karakter tokoh, perhatikan jarak pemain dengan penonton, kuasai bahan kosmetik
dan peralatan Penata rias perlu mempelajari kekurangan dan kelebihan wajah. Hal
lain yang perlu dikuasai adalah teknik mengoreksi wajah untuk penyempurnaan.
- Teknik
Tata Rias Korektif
Teknik yang dipakai
dalam menyempurnakan (koreksi) wajah adalah teknik shadow dan highlight.
Shadow adalah efek gelap yangmemberi kesan cekung, kecil, sempit. Highlight
adalah efek terang yang memberi kesan menonjol, besar, lebar. Kombinasi
antara shadow dan highlight akan menghasilkan kesan tertentu
sesuai yang diharapkan. Teknik lain yang bisa dilakukan adalah menambahkan
unsur-unsur baru, baik dengan garis, warna atau bahan tiruan.
- Praktek
Tata Rias Korektif
Sebelum merias wajah,
perhatikan kelengkapan alat dan bahan. Karena jenis kulit setiap orang berbeda
maka perlu diperhatikan bahan-bahan rias yang akan digunakan. Rias yang baik
tidak menghasilkan efek negatif pada kulit seperti; gatal-gatal, kulit
mengelupas, dan lain sebagainya. Jika semua sudah dipersiapkan maka praktek
tata rias dapat dilakukan sepert ini Al: Membersihkan wajah dengan cleanser atau pembersih, menyempurnakan bentuk wajah, penyempurnaan
bentuk wajah menggunakan teknik shading dan highlight dengan
mengaplikasikan foundation.
·
Membersihkan wajah, Langkah
awal yang penting adalah membersihkan wajah dengan cleanser atau
pembersih.
·
Menyempurnakan bentuk wajah.
Wajah memiliki bentuk yang beragam. Wajah yang ideal, khususnya untuk kecantikan,
adalah yang berbentuk oval dengan proporsi seimbang antara bagian-bagiannya.
·
Mengaplikasikan bedak, hal
ini harus dilakukan lebih teliti dan hati-hati. Losse powder dapat
dimanfaatkan untuk membaurkan dua warna foundation yang berbeda agar
gradasi warnanya terjaga. Compact powder dipakai setelah losse powder
untuk lebih menyempurnakan tampilan wajah.
·
Membentuk hidung, gunakan
compact powder warna dua tingkat lebih terang dari warna kulit dan dua
warna lebih gelap dari warna kulit.
·
Membentuk alis, alis
memiliki bentuk yang beragam pula. Bentuk alis tidak selalu sesuai dengan
bentuk wajah. Oleh karena itu, alis perlu dikoreksi dengan menyesuaikan
bentuknya dengan bentuk wajah.
·
Membentuk bibir, pembentukan
bibir dapat dilakukan dengan membingkai bibir menggunakan eyeliner dan
mengisinya dengan warna. Langkah awal adalah dengan menyamarkan bentuk bibir
menggunakan foundation. Penyamaran bibir dapat dilakukan pada saat
mengaplikasikan foundation. Penyamaran disempurnakan menggunakan compact
powder. Tahap berikutnya adalah menyempurnakan bentuk bibir dengan membuat
bentuk yang dikehendaki. Gunakan eyeliner untuk membuat sketsa bibir.
·
Mengaplikasikan blush on (perona
pipi), mengaplikasikan blush on perlu mempertimbangkan bentuk wajah
dengan teknik tarikan atau sapuan yang tepat. Tarikan naik untuk memberikan
efek tajam pada wajah, tarikan mendatar untuk efek luas, dan tarikan naik untuk
memberi kesan panjang pada wajah. Blush on sering pula difungsikan untuk
sentuhan akhir (finishing) pada wajah dengan cara menyapukan tipis dan
ringan pada bagian wajah. Sapuan blush on untuk finishing harus
hati-hati agar tidak merusak riasan yang lain.
§ Tata Rias Fantasi
Tata rias fantasi
disebut juga tata rias karakter khusus. Tata rias fantasi menampilkan
tokoh-tokoh yang secara riil tidak terdapat dalam kehidupan. Penggolongan bisa
meliputi tokoh-tokoh horor, binatang, atau menampilkan riasan yang
menggambarkan flora. Tata rias fantasi tidak terbatas tergantung dari fantasi
manusia. Tata rias fantasi dapat mengubah anatomi wajah untuk memberi kesan
tiga dimensi. Hidung dapat diubah anatominya dengan bahan kapas yang dicampur
lateks. Penambahan kapas pada hidung disempurnakan dengan mengaplikasikan foundation
dan memberi garis serta shadow. Hasilnya, hidung berubah dan
memiliki dimensi yang berbeda. Praktek tata rias fantasi dapat pula memakai
model atau berdasarkan khayalan perancang rias. Tokoh-tokoh macam badut,
punakawan dapat digolongkan dalam jenis tata rias fantasi. Langkah-langkah Tata
Rias Fantasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
- Persiapan
Dalam hal ini adalah
membersihkan wajah pemain dengan cleanser yang dilanjutkan
mengaplikasikan penyegar.
- Pembentukan
dasar
Merupakan tahap membuat
bentuk-bentuk dasar pada wajah pemain sesuai dengan desain. Bentuk dasar dapat
berupa garis-garis atau penambahan unsur lain pada bagian wajah. Apabila bentuk
dasar berupa garis, maka foundation diaplikasikan sebelum membuat garis.
Sebaliknya, apabila ada penambahan unsure lain pada wajah, maka foundation diaplikasikan
sesudah penambahan unsur lain pada wajah.
- Dimensi
wajah
Tata rias memiliki
kedalaman bentuk. Kedalaman bentuk dapat dibuat dengan perbedaan gelap terang,
garis, warna, dan penambahan dimensi secara nyata. Membentuk dimensi wajah
dengan mengisi bagian-bagian dengan gelap terang atau warna. Penambahan dimensi
secara nyata berupa pengubahan wajah dengan menambah latex, tisue, atau kapas.
Apabila menggunakan teknik dua dimensi cukup dibedakan dengan warna dan gelap
terang.
- Penyempurnaan
Tahap penyempurnaan adalah tahap finishing,
dimana setiap unsur diselesaikan sesuai dengan desain.
§ Tata
Rias Karakter
Merias karakter berarti
mengubah penampilan pemain dalam hal umur, watak, bentuk wajah agar sesuai
tokoh. Pengubahan wajah dapat menyangkut aspek umur saja atau aspek lain secara
bersama. Tata rias karakter membantu pemain dalam mengungkapkan karakter tokoh.
Tata rias karakter dikenakan pada bagian wajah dan tubuh lain yang memungkinkan
dapat dilihat oleh penonton. Bagian lain tubuh seperti leher, badan, tangan,
atau kaki yang terlihat.
-
Umur
Perkembangan usia
manusia membawa perubahan-perubahan pada wajah. Mulai dari anak-anak sampai
usia tua. Manusia mengalami perubahan pada wajah ketika menginjak usia 30-an.
Khususnya pada usia 35 tahun, wajah manusia mengalami perubahan dengan beberapa
tanda-tanda pada wajah, yaitu munculnya kerutan pada beberapa bagian bagian.
Kerutan muncul pada bagian sekitar mata, mulut, dan hidung. Perubahan lain yang
terjadi adalah pada rambut yang mulai merubah warna menjadi abu-abu atau putih.
Pada usia 40 tahun, perubahan mulai tampak lebih nyata. Kerutan pada wajah
mulai bertambah dan rambut berwarna putih mulai banyak. Usia 50 tahun, kulit
mulai kendor dan kerutan semakin tajam dan bertambah. Usia 65 ke atas,
kerutan-kerutan wajah semakin banyak, kulit pada wajah mulai mengendur, cekung,
dan rambut semakin memutih.
-
Praktek Tata Rias Karakter
Tata rias karakter
membutuhkan persiapan yang serius. Selain bahan-bahan dasar make-up, tata rias
karakter juga memerlukan bahan tambahan lain, seperti rambut palsu, kumis,
jenggot, dan lain sebagainya. Tahapan tata rias karakter dapat dijelaskan
sebagai berikut.
§ Persiapan.
Tahap persiapan selalu dimulai dengan membersihkan wajah.
§ Aplikasi
foundation. Pemakaian
foundation dapat dilakukan sebagaimana dalam make up korektif, yaitu
menggunakan teknik shading dan shadow. Penggunaan warna untuk menampilkan
usia lebih efektif kalau menggunakan foundation warna dua tingkat lebih gelap
dan dua tingkat lebih terang. Hal ini untuk menciptakan tingkat kekontrasan
yang tajam. Mengingat tata rias panggung berhubungan dengan jarak yang jauh
antara tempat pertunjukan dengan penonton.
§ Membuat
garis kerutan. Garis kerutan dibuat setelah aplikasi foundation.
Garis kerutan wajah dibuat dengan pensil alis. Kerutan pada kening biasanya
mulai tampak pada usia 40-an dengan jumlah sedikit. Garis kerutan pada kening
mulai bertambah jumlahnya pada usia 50 tahun ke atas. Pada usia yang lebih tua
lagi, kulit-kulit disekitar kerutan mulai tampak kendor. Garis kerutan pun
cenderung turun. Tokoh dalam teater biasanya ada yang berusia sangat tua,
sehingga kerutkerut wajah makin banyak pada wajah. Kerutan pada mata.
Mata memiliki kelopak yang dibagi menjadi dua, yaitu bagian atas dan bawah.
Bagian yang perlu diperhatikan dalam membuat kerutan pada mata adalah bagian
ujung dalam mata sampai bagian ujung luar mata. Tarikan ujung luar mata
memiliki alur garis kerutan sampai bagian pelipis. Bagian bawah, untuk usia 80
tahun ke atas, kerutan bisa memiliki alur sampai pipi mengarah ke bawah. Pada
usia menengah, sekitar 50-an tahun, kerutan biasanya tajam dengan kulit masih
relatif kencang. Pada usia 60 tahun ke atas, lapisan kulit sekitar mata mulai
mengendur.
§ Aplikasi
teknik shading dan highlight. Sesudah
membuat garis dengan pensil, maka penyempurnaannya menggunakan eye shadow.
Caranya adalah dengan menambah shadow pada bagian wajah yang akan
dicekungkan dan member highlight pada bagian yang akan ditonjolkan.
§ Memutihkan
rambut. Rambut merupakan unsur penting yang dapat
dijadikan tanda untuk usia seseorang. Rambut yang normal akan mengalami
perubahan warna pada usia 30-an tahun. Perubahan warna rambut pada usia 30-an
belum tampak secara menyeluruh. Pada usia 50-an tahun ke atas perubahan rambut
baru merata.
§ Mengubah
Ras.
Pementasan teater sering terdapat tokoh yang berbeda jenis ras. Dalam satu ras
pun sering memiliki karakteristik yang berbeda. Orang-orang Asia yang digolongkan
sebagai oriental memiliki karakter yang berbedabeda pula. Mengubah ras bisa
dilakukan dengan menyamarkan wajah asli dengan mengaplikasikan karakteristik
lain.
D.
TATA
BUSANA
Tata busana adalah seni
pakaian dan segala perlengkapan yang menyertai untuk menggambarkan tokoh. Tata
busana termasuk segala aksesoris seperti topi, sepatu, syal, kalung, gelang,
dan segala unsur yang melekat pada pakaian. Tata busana dalam teater memiliki
peranan penting untuk menggambarkan tokoh. Pada era teater primitif, busana yang
dipakai berasal dari bahan-bahan alami, seperti tumbuhan, kulit binatang, dan
batu-batuan untuk aksesorisnya. Ketika manusia menemukan tekstil dengan
teknologi pengolahan yang tinggi, maka busana berkembang menjadi lebih baik. Tata
busana dapat dibuat berdasar budaya atau jaman tertentu. Untuk membuat tata
busana sesuai dengan adat dan kebudayaan daerah tertentu maka diperlukan
referensi khusus berkaitan dengan adat dan kebudayaan tersebut. Jenis busana
ini tidak bisa disamakan antara daerah satu dengan daerah lain. Masing-masing
memiliki ciri khasnya. Sementara itu tata busana menurut jamannya bisa
digeneralisasi. Artinya, busana pada jaman atau dekade tertentu memiliki ciri
yang sama. Tidak ada periode tata busana secara khusus di teater, karena semua
tergantung latar cerita yang ditampilkan. Periode busana teater dengan demikian
mengikuti periode teater tersebut. Misalnya, dalam teater Romawi Kuno maka
lakon yang ditampilkan berlatar jaman tersebut sehingga busananya pun seperti
busana keseharian penduduk jaman Romawi Kuno. Demikian juga dengan teater pada
jaman Yunani, Abad Pertengahan, Renaissance, Elizabethan, Restorasi, dan Abad
18. Busana teater mengalami perkembangan pesat seiring lahirnya teater modern
pada akhir abad 19. Dalam masa ini, beragam aliran teater bermunculan.
Masing-masing memiliki kospenya tersendiri dan lakon tidak harus berlatar jaman
dimana lakon itu dibuat. Semua terserah pada gagasan seniman. Busana pun
mengikuti konsep tersebut. Tata busana dengan demikian sudah tidak lagi terpaku
pada jaman, tetapi lebih pada konsep yang melatarbelakangi penciptaan teater.
1.
Fungsi Tata Busana
Busana yang dipakai
manusia beraneka ragam bentuk dan fungsinya. Fungsi busana dalam kehidupan
sehari-hari untuk melindungi tubuh, mencitrakan kesopanan, dan memenuhi hasrat
manusia akan keindahan. Busana dalam teater memiliki fungsi yang lebih
kompleks, yaitu: Mencitrakan keindahan penampilan, membedakan satu pemain
dengan pemain yang lain, menggambarkan karakter tokoh, memberikan efek gerak
pemain, dan memberikan efek dramatik.
a.
Mencitrakan Keindahan Penampilan
Manusia memiliki hasrat
untuk mengungkapkan rasa keindahan dalam berbagai aspek kehidupan. Tata busana
dalam teater berfungsi sebagai bentuk ekspresi untuk tampil lebih indah dari
penampilan seharihari. Pementasan teater adalah suatu tontonan yang mengandung aspek
keindahan. Pada era teater primitif, hasrat untuk tampil berbeda dan lebih
indah dari tampilan sehari-hari telah muncul. Busana pementesan teater dibuat
secara khusus dan dilengkapi dengan asesoris sesuai kebutuhan pemensan. Teater
di Inggris pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth (1580 – 1640), memakai busana
sehari-hari yang dibuat lebih indah dengan mengaplikasikan perhiasan dan
penambahan bahanbahan yang mahal dan mewah.
b.
Membedakan Satu Pemain Dengan
Pemain Yang Lain
Pementasan teater
menampilkan tokoh yang bermacam-macam karakter dan latar belakang sosialnya.
Penonton membutuhkan suatu penampilan yang berbeda-beda antara satu tokoh
dengan tokoh yang lain. Busana menjadi salah satu tanda penting untuk
membedakan satu tokoh dengan tokoh yang lain. Penampilan busana yang berbeda
akan menunjukkan ciri khusus seorang tokoh, sehingga penonton mampu mengidentifikasikan
tokoh dengan mudah.
c.
Menggambarkan Karakter Tokoh
Fungsi penting busana
dalam teater adalah untuk menggambarkan karakter tokoh. Perbedaan karakter
dalam busana dapat ditampilkan melalui model, bentuk, warna, motif, dan garis yang
diciptakan. Melalui busana, penonton terbantu dalam menangkap karakter yang berbeda
dari setiap tokoh. Contohnya, tokoh seorang pelajar yang pendiam, rajin, dan
alim, busananya cenderung rapi, sederhana, dan tanpa asesoris yang berlebihan.
Sebaliknya, tokoh seorang pelajar yang bandel, brutal, dan sering membuat onar,
busananya dilengkapi asesoris dan cara pemakaiannya seenaknya tidak sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan sekolah.
d. Memberi
Ruang Gerak Pemain
Tata busana memiliki
fungsi memberikan ruang gerak kepada pemain untuk mengekspresikan karakternya.
Busana diciptakan untuk memberikan ruang gerak pemain sehingga segala bentuk
gerak dapat diekspresikan secara maksimal.
e. Memberikan
Efek Dramatik
Busana juga berfungsi
memberikan efek dramatik. Busana mendukung dramatika sebuah adegan dalam lakon.
Gerak pemain akan lebih ekspresif dan dramatik dengan adanya busana. Efek dramatik
busana juga bisa muncul dari perkembangan tokoh, contohnya busana tokoh yang
mengalami kejayaan pada babak awal kemudian berubah busananya ketika mengalami
kejatuhan. Selain itu, saat busana dipakai untuk bermain bisa melahirkan bentuk
dan efek gerak tertertu yang mampu memukau.
2. Jenis Tata Busana
Busana sangat beragam
jenis dan bentuknya. Busana teater secara garis besar dapat digolongkan dalam
beberapa jenis, yaitu; busana sehari-hari, busana tradisional, busana sejarah,
dan busana fantasi.
a.
Busana Sehari-hari
Busana sehari-hari
adalah busana yang dipakai dalam kehidupan keseharian masyarakat. Busana
sehari-hari juga memiliki bentuk yang beragam, tergantung dari tingkat sosial
msyarakat yang memakai. Misalnya, busana petani berbeda dengan busana seorang
tuan tanah. Busana sehari-hari dapat menunjukkan tingkat sosial seseorang yang memakainya.
Busana sehari-hari banyak dipakai dalam pementasan teater realis. Dimana teater
realis merupakan gambaran kehidupan sehari-hari (illusion of nature).
b.
Busana Tradisional
Setiap masyarakat
memiliki busana tradisional sesuai dengan kebudayaannya. Busana tradisional
mencerminkan karakteristik masyarakat yang membedakan dengan kelompok
masyarakat lain. Setiap bangsa memiliki busana tradisionalnya sendiri.
c. Busana
Sejarah
Busana mencerminkan
zaman tertentu dari suatu masa. Dalam pementasan teater, busana ini sering
dipakai ketika pertunjukan mengangkat lakon-lakon sejarah. Busana sejarah
terikat dengan masa tertentu, sehingga penata busana perlu mempelajari konvensi
busana pada masa dimana peristiwa dalam naskah terjadi.
d. Busana
Fantasi
Istilah busana fantasi
adalah untuk mengidentifikasikan jenis-jenis busana yang lahir dari imajinasi
dan fantasi perancang. Dalam hal ini, busana ini tidak lazim ditemui dan
dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Busana jenis ini juga dimaksudkan untuk
busana tokoh-tokoh yang tidak riil dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tokoh
bidadari, malaikat, atau dewa. Busana-busana untuk tokoh semacam ini membutuhkan
rancangan khusus sehingga membedakan dengan tokoh yang riil.
a. Bahan dan Peralatan Tata Busana
Bahan busana yang dapat
dimanfaatkan untuk pementasan teater sangat beragam. Bahan busana teater
mencerminkan pencapaian teknologi pengolahan bahan di suatu zaman. Pada era
teater primitif bahan busana diolah dari materi-materi yang ada di lingkungan
dimana teater tersebut hidup. Secara garis besar, bahan busana untuk pementasan
teater dapat digolongkan menjadi bahan alami, kain (tekstil), bahan sintetik,
dan kulit.
3.
Bahan Tata Busana
Dalam pementasan teater
bahan yang digunakan untuk membuat tata busana bermacam-macam. Karena
pertunjukan teater berbeda dengan kehidupan nyata, maka busana dalam teater
dapat dibuat dengan bahan yang awet atau dari bahan sintetis atau bahan lain sekedar
untuk kepentingan pementasan. Berbagai macam jenis bahan tersebut di antaranya
adalah bahan alami, tekstil, busa, spon, dan kulit.
a.
Bahan Alami
Bahan alami yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan merupakan bahan yang sering dimanfaatkan manusia
untuk busana. Bagian yang biasa dipakai untuk bahan busana adalah daun, batang,
dan kulit kayu.
b. Tekstil
Tekstil atau kain
merupakan bahan utama pembuatan busana. Bahan tekstil merupakan bahan yang
paling banyak dipakai untuk pementasan teater. Karakter tekstil meliputi
tebal-tipis, kaku-lembut, kasar-halus, dan mengkilat-kusam.
c. Busa
Busa merupakan bahan
yang penting dalam pembuatan busana teater. Busa juga memiliki jenis dan
karakter yang berbeda-beda. Busa dengan pori-pori yang lebar memiliki karakter
lunak dan elastis sering dimanfaatkan untuk mengisi dan menebalkan bagian
busana tertentu, misalnya bagian pundak untuk menyamarkan pundak yang sempit
dan turun. Rancangan busana untuk tokoh binatang yang membutuhkan penambahan
bentuk tubuh, bisa memanfaatkan busa.
d. Spon
Spon bertekstur padat
dengan karakter yang liat seperti karet. Spon dimanfaatkan untuk pembuatan
busana-busana perang. Spon bertekstur padat dan halus. Spon apabila dicat
dengan teknik tertentu dapat memberikan karakter keras, misalnya seperti
benda-benda yang terbuat dari logam.
e. Kulit
Kulit biasnya berbentuk
lembaran seperti kain. Biasa dimanfaatkan untuk busana sejenis jaket. Kulit
yang baik adalah yang diambil dari kulit binatang.
4. Peralatan Tata Busana
Peralatan dalam tata
busana sangat beragam. Peralatan akan menyangkut teknik pemakaian dan produksi
tata busana. Busana untuk pementasan teater terkadang tidak harus diproduksi,
tetapi memanfaatkan busana yang ada. Sebaliknya, busana teater harus diproduksi,
mulai dari desain, pencarian bahan, pembuatan pola, dan menjahit. Masing-masing
membutuhkan peralatan yang berbeda-beda. Secara garis besar, peralatan
pembuatan busana teater adalah sebagai berikut:
- Gunting.
Gunting
untuk produksi busana, terdapat beberapa jenis dengan fungsi yang berbeda-beda,
yaitu: Gunting kain. Adalah gunting khusus untuk memotong kain. Gunting
benang, berfungsi untuk menggunting benang bagian-bagian busana yang sulit
dijakangkau dengan gunting kain. Gunting listrik, dipakai untuk memotong
kain dalam jumlah yang banyak.
- Penggaris.
Penggaris merupakan alat penting dalam memproduksi busana. Penggaris yang
dibutuhkan juga beragam, mulai dari ukuran dan bentuknya. Termasuk penggaris
khusus yang diproduksi untuk kepentingan pembuatan busana, misalnya penggaris dressmaking
untuk membentuk bagian pinggul.
- Rader,
Rader merupakan alat yang
berfungsi untuk menekan karbon jahit saat memberi tanda pola pada bahan busana
yang akan dijahit. Rader memiliki ujung yang beroda. Roda rader bermacam-macam,
mulai dari yang polos, beroda tumpul, sampai roda bergerigi tajam.
- Pencabut
Benang, Pada busana sering terdapat jahitan yang tidak
terpakai atau terjadi kekeliruan dalam proses menjahit.
- Jarum,
Jarum
merupakan peralatan yang penting. Jarum juga bermacam-macam jenis dan
fungsinya. Jarum tisik untuk memasang berbagai asesoris baik berupa kain atau manik-manik.
Jarum jahit adalah jarum khusus yang terpasang pada mesin jahit.
- Mesin
jahit, Mesin jahit terdapat berbagai jenis pula. Mesin jahit
yang umum digunakan adalah mesin jahit manual yang dioperasikan dengan kayuhan
kaki. Jenis mesin jahit lain adalah mesin jahit listrik. Mesin jahit ini dapat
bekerja lebih cepat dengan hasil yang lebih baik.
- Setrika,
Setrika
dibutuhkan pada saat produksi busana dan persiapan pementasan.
- Boneka
Jahit, Boneka jahit berbentuk torso yang tersedia dalam
berbagai ukuran standar, yaitu S, M , L, dan XL. Fungsinya untuk meletakkan
busana agar dapat mengetahui jatuhnya jahitan.
5.
Praktek Tata Busana
Membuat busana untuk
pementasan teater membutuhkan persiapan yang matang dengan tata urutan kerja
yang sistematik. Seorang perancang busana tidak bisa kerja sendiri, karena
karyanya berhubungan dengan tata artistik lain. Dimensi dan warna busana tergantung
pada pencahayaan yang dikerjakan penata cahaya. Rancangan busana juga harus
mempertimbangkan masukan sutradara, karena sutradara yang mengetahui bentuk,
pola, dan gaya permainan.
a.
Menganalisis Naskah
Naskah adalah sumber
gagasan dari sebuah pementasan teater. Gagasan kreatif seorang penata busana
mengacu langsung pada naskah yang akan dipentaskan. Menganalisis naskah artinya
adalah memahami naskah secara utuh. Bagi seorang aktor, memahami naskah adalah
untuk mengetahui karakter tokoh dan bagaimana mewujudkan karakter itu dalam
akting. Seorang penata busana menganalisis naskah untuk mengetahui jenis
busana, model, warna, tekstur, dan motif yang dibutuhkan. Memahami naskah
bermula dari mempelajari tokoh. Keutuhan tokoh yang menyangkut dimensi fisik,
psikologis, serta latar sosial sangat menentukan arah rancangan busana. Seorang
penata busana perlu juga mempelajari aktivitas tokoh yang menyangkut
karakteristik akting. Seorang tokoh dalam naskah mungkin banyak melakukan
adegan perkelahian dengan motif gerak silat, sehingga penata busana perlu membuat
busana yang memiliki pola tertentu sehingga memberi ruang gerak secara
maksimal. Dengan mempelajari naskah, seorang penata busana bisa mengetahui
perubahan busana dalam setiap adegan atau babak. Semua aspek yang menyangkut fungsi
busana dalam sebuah pementasan perlu dicermati oleh penata busana. Memahami
naskah akan memberikan ide-ide kreatif terhadap penata busana.
b.
Diskusi Dengan Sutradara dan Tim
Artistik
Penata busana perlu
melakukan diskusi dengan sutradara untuk memperoleh pemahaman yang sama
terhadap naskah. Gagasan sutradara tentang busana juga merupakan masukan yang
penting bagi penata busana. Diskusi yang dilakukan dengan sutradara menyangkut model
busana, bentuk, warna,motif, garis, serta kemungkinankemungkinan akting yang
membawa konsekuensi pada rancangan busana. Masukan sutradara menjadi landasan
untuk membuat desain. Diskusi dengan tim artistik menjadi proses kerja yang
penting bagi seorang penata busana. Khususnya dengan penata cahaya. Pencahayaan
berpengaruh langsung pada dimensi dan warna busana. Penata busana perlu
menyampaikan warna yang dipakai sehingga tidak memunculkan efek-efek lain yang
tidak diinginkan.
c.
Mengenal Tubuh Pemain
Membuat busana terkait
langsung bentuk tubuh pemain. Tokoh dalam naskah mempunyai karakteristik tubuh
yang tidak selalu sesuai dengan bentuk tubuh pemain. Bentuk tubuh pemain
memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan dalam membuat
rancangan busana..
d.
Persiapan Pengadaan dan produksi
Desain busana
menentukan pengadaan dan produksi. Pengadaan dan produksi akan terkait dengan
waktu, biaya, serta tenaga yang terlibat. Pengadaan busana dengan cara
memadukan busana yang sudah ada, membutuhkan waktu dan biaya yang relatif
sedikit. Sebaliknya, busana yang harus diproduksi membutuhkan waktu, biaya, serta
tenaga yang relatif banyak. Hal ini perlu dipertimbangkan agar busana dapat
disediakan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
e.
Persiapan Pementasan
Persiapan pementasan
merupakan hal yang penting. Persiapan pementasan perlu pengelolaan tersendiri.
Pengelolaan persiapan pementasan dapat dilakukan dengan cara mengelompokkan
busana berdasarkan tokoh. Busana untuk masing-masing tokoh dikelompokkan tersendiri
dengan catatan khusus terkait dengan jenis busana, asesoris, serta peralatan
yang dibutuhkan. Busana-busana yang membutuhkan perlakukan khusus, seperti
harus diseterika, dibuat kusut, dirancang untuk sobek saat dipakai akting, dan
sebagainya, juga harus diperhatikan. Penata busana juga perlu memperhatikan
pergantian busana tiap babak atau adegan. Semuanya harus ditata dalam alur
kerja yang sistematis.
f.
Desain
Desain busana berarti
rancangan tentang suatu bentuk dan model busana. Desain menjadi media untuk
menggambarkan gagasan perancang busana. Fungsi lain dari desain adalah sebagai
alat mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain untuk dapat diwujudkan dalam
bentuk busana yang sebenarnya. Secara garis besar, desain dibedakan menjadi
dua, yaitu desain ilustrasi dan desain produksi.
Ø Desain
Ilustrasi, Desain ilustrasi busana merupakan desain
dasar yang tidak memiliki keterangan spesifik tentang busana. Ilustrasi busana
berupa gambar yang menjadi gagasan dasar dan membutuhkan penjabaran teknik
apabila hendak diproduksi.
Ø Desain
Produksi, Suatu desain yang dibuat dengan tujuan untuk diproduksi.
Oleh karena itu mengandung keterangan-ketranagan teknik yang rinci, dan jelas sehingga
dapat dibaca dan diwujudkan ke dalam bentuk busana yang sesungguhnya.
g. Mengerjakan
Busana
Pengerjaan busana untuk
pementasan teater tergantung dari desain untuk menentukan teknik pengerjaan.
Suatu busana mungkin tidak perlu dibuat, karena dapat memanfaatkan busana yang
ada untuk ditata sedemikian rupa sesuai dengan rancangan. Akan tetapi, desain busana
hanya bisa diwujudkan dengan memproduksi, mulai dari menyiapkan bahan sampai
proses penjahitan.
Ø Teknik
Draperi, Teknik draperi adalah teknik pemakaian busana dari
lembaran-lembaran kain yang diaplikasikan ke tubuh dengan mengaitkan dan
mengikat untuk memperoleh bentuk tertentu.
Ø Teknik
Padu Padan, Teknik padu padan busana adalah suatu
teknik memadukan busana, baik satu unsur busana atau lebih untuk mendapatkan
model busana baru.
Ø Teknik
Produksi, Busana yang dibutuhkan untuk sebuah pementasan
teater tidak selalu bisa menggunakan teknik draperi maupun padu padan. Adakalanya
busana yang dipakai harus diproduksi karena tuntutan desain tertentu.
E.
TATA
MUSIK/TATA SUARA
Tata adalah suatu usaha
pengaturan terhadap sesuatu bentuk, benda dan sebagainya untuk tujuan tertentu.
Suara adalah getaran yang dihasilkan oleh sumber bunyi biasanya dari benda
padat yang merambat melalui media atau perantara. Perantara dapat berupa benda
padat, cair, dan udara kepada alat pendengaran. Tata suara adalah suatu usaha untuk
mengatur, menempatkan dan memanfaatkan berbagai sumber suara sesuai dengan
etika dan estetika untuk suatu tujuan tertentu, misalnya untuk pidato,
penyiaran, reccording, dan pertunjukan teater. Tata suara berakibat
langsung pada pendengaran manusia.
1.
Teknik Penataan Suara
Penata suara dalam
menjalankan tugasnya harus mempertimbangkan kualitas suara yang dihasilkan
sebagai nilai seni. Kualitas suara yang dihasilkan harus baik, jelas, wajar
terdengar, indah dan menarik. Bukan hanya mengutamakan keras dan lemahnya
suara. Yang dimaksud dengan kualitas suara yag baik adalah memenuhi standar
level minimal, terhindar dari noise (kegaduhan), dan distorsi (gangguan)
serta tercapainya keseimbangan (balance) suara. Penata suara harus
memiliki pengalaman dan pemahaman terhadap peralatan yang digunakan. Selain
itu, penata suara harus menguasai beragam teknik penataan suara.
a. Teknik
Miking
Suatu teknik pemilihan
dan penempatan mikrofon terhadap sumber suara berdasarkan tujuan, fungsi dan
estetika tata suara. Teknik miking ini sering disebut dengan teknik
“todong” , artinya semua sumber suara ditangkap melalui mikrofon. Baik sumber
suara yang berasal dari instrumen akustik maupun peralatan elektronik seperti keyboard,
gitar elektrik, dan audio player. Untuk mendapatkan suara dari instrumen
tersebut dilakukan dengan cara memasang mikrofon yang sesuai pada speaker
monitor.
b. Teknik
Balancing
Pengaturan berbagai
sumber dan peralatan tata suara untuk mendapatkan hasil suara atau rekaman yang
baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu keselarasan, keserasian dan
keseimbangan (balance). Tingkat keberhasilan penataan suara adalah
mendapatkan hasil suara yang selaras dan seimbang antara karakter sumber suara asli
dengan hasil olahan suara setelah melalui proses peralatan (pengolahan).
c. Teknik
Mixing
Suatu proses pengolahan/pencampuiran
berbagai sumber melalui perangkat elektronik audio mixer untuk
menghasilkan pengolahan suara yang terbaik sesuai dengan karakter sumber suara,
cita rasa, etika, dan estetika tata suara. Berbagai sumber suara dengan
masing-masing karakter masuk secara bersamaan ke audio mixer.
d. Teknik
Reccording
Suatu proses untuk
mendapatkan informasi atau hasil rekaman suara yang disimpan dalam suatu media
rekaman pita magnetic (cassette), piringan hitam, CD, hardisk, dan
sebagainya, dengan tujuan hasil rekaman dapat diperdengarkan kembali.
2.
Fungsi Tata Suara
Dalam pertunjukan
teater, suara memiliki peranan yang penting dalam menyampaikan cerita. Karena
media dasarnya adalah lakon yang diucapkan, maka meskipun gerak pemain juga
penting, tetapi verbalisasi cerita tersampai melalui suara. Tata suara memiliki
beberapa fungsi, yaitu.
- Menyampaikan
pesan tentang keadaan yang sebenarnya kepada pendengar atau penonton.
- Menekankan
sebuah adegan atau peristiwa tertentu dalam lakon, baik melalui efek suara atau
alunan musik yang di buat untuk menggambarkan suasana atau atmosfir suatu
tempat kejadian.
- Menentukan
tempat dan suasana terentu, keadaan tenang, tegang, gembira maupun sedih,
misalnya seperti suara ombak, camar dan angin memperkuat latar cerita di tepi pantai.
- Menentukan
atau memberikan informasi waktu. Bunyi lonceng jam dinding, ayam berkokok,
suara burung hantu, dan lain sebagainya.
- Untuk menjelaskan datang dan perginya seorang
pemain. Ketukan pintu, suara motor menjauh, dan suara langkah kaki, gebrakan
meja, dan lain sebagainya.
- Sebagai
tanda pengenal suatu acara atau musik identitas cara (soundtrack). Musik
yang berirama jenaka bisa memberikan gambaran bahwa pertunjukan yang akan
disaksikan bernuansa komedi, sementara musik yang berat dan tegang dapat
memberikan gambaran pertunjukan dramatik.
- Menciptakan
efek khayalan atau imajinasi dengan menghadirkan suara-suara aneh di luar
kelaziman.
- Sebagai
peralihan antara dua adegan, sebagai fungsi perangkai atau pemisah adegan,
biasanya musik pendek yang dibuat khusus untuk suatu drama atau ceritera.
- Sebagai
tanda mulai dan menutup suatu adegan atau pertunjukan. Tone buka dan tone
penutup, ada juga yang diambil dari potongan soundtrack.
3.
Jenis Tata Suara
a.
Live
Yang dimaskud dengan
tata suara secara live adalah suatu penataan atau pengaturan berbagai
sumber suara atau bunyi, atmosfir ilustrasi atau gerakan suara yang
sesungguhnya, untuk diperdengarkan langsung kepada penonton/pendengar (audience)
baik suara itu diperkuat melalui penguat elektronik ataupun tanpa pengeras
suara. Gambar 306 memperlihatkan proses ketersampaian suara. Dalam tata suara
langsung, penataan harus dilakukan dengan baik karena hasil yang jelek atau
adanya gangguan ketika proses sedang berjalan akan tertangkap langsung oleh
telinga pendengar.
b.
Rekaman
Merekam adalah suatu
kegiatan menangkap informasi, bunyi atau suara tiruan yang dibuat dan disimpan
ke dalam suatu media piringan hitam, pita suara atau CD dengan tujuan hasil
rekaman informasi suara dapat diperdengarkan kembali. Teknik perekaman suara
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu rekaman basah dan rekaman kering.
- Rekaman
Basah, Seluruh sumber suara dimainkan dan direkam secara
bersamaan (single track) sesuai dengan tata urutan yang telah
ditentukan. Keuntungan rekaman basah adalah waktu yang dibutuhkan tidak terlalu
banyak. Hasil dapat langsung diperdengarkan untuk mengetahui kualitas hasil
rekaman. Apabila terdapat kesalahan saat itu juga dapat dilakukan rekaman
ulang. Kerugian dari proses rekaman basah adalah persiapan harus benar-benar
matang. Apabila salah satu pemeran tidak hadir, maka rekaman tidak dapat
dilakukan. Kesalahan yang diakibatkan salah satu pemain membutuhkan pengulangan
rekaman dengan seluruh pemain.
-
Rekaman Kering, masing-masing
sumber suara direkam sendiri-sendiri (multi track). Biasanya yang
direkam awal adalah announcer, narator, dan pemain (voice over).
Untuk sumber suara lain direkam pada waktu yang berlainan. Setelah keseluruhan
sumber suara terekam dengan baik, dilakukan penggabungan (mixing) untuk
mendapatkan hasil rekaman yang diinginkan. Keuntungannya, pemain tidak
tergantung dengan pemain yang lain. Kerugiannya adalah proses rekaman butuh
waktu lama, penyimpanan hasil rekaman harus tertata baik dan teliti, butuh waktu
lama untuk proses mixing dan mastering serta terjadi penurunan kualitas
suara.
4.
Peralatan Tata Suara
Persyaratan bagi
seorang penata suara adalah memahami berbagai jenis dan frekuensi respon (polarity)
mikrofon dan pemahaman terhadap berbagai karakter sumber suara. Kemampuan
tersebut sangat membantu perencanaan dalam penempatan mikrofon dan mengoptimalisasikan
kerja mikrofon yang akan digunakan. Penggunaan berbagai jenis mikrofon (multi
microphone) untuk menangkap berbagai sumber suara baik dari segi karakter,
lokasi, akustik maupun situasi memerlukan perencanaan yang baik. Setiap sumber
suara menghendaki mikrofon yang belum tentu sama polanya.
a. Mikrofon
Mikrofon adalah alat
yang dipergunakan untuk menangkap suara sebelum suara tersebut dapat didengar
kembali melalui pengeras suara (loud speaker). Dengan pengertian
singkat, mikrofon adalah alat pengubah (transductor) tegangan akustik
menjadi tegangan atau getaran elektrik (getaran listrik).
§ Tipe Mikrofon
Mikrofon memiliki
beberapa tipe yang masing-masing mempunyai karakter sendiri. Efek suara yang
dihasilkan pun berbeda-beda. Beberapa tipe mikrofon adalah sebagai berikut.
- Ribbon
Microphone, mikrofon tipe ini bekerja berdasarkan
perubahan energi yang dihasilkan oleh pergerakan pita logam yang berada
ditengah-tengah magnet permanent, pergerakan pita logam yang juga berfungsi
sebagai membran dan sebagai penghantar arus listrik yang besarnya sesuai dengan
kuat dan lemahnya suara yang diterima oleh mikrofon.
- Dynamic
Microphone, mikrofon ini menggunakan sistim kerja
magnetik dan lilitan (coil). Cara kerja mikrofon ini
adalah ketika sumber suara menggetarkan membran, maka membran
akan bergetar bersama lilitan yang berada pada tengah-tengah magnet permanen.
- Condensor
Microphone, mikrofon yang bekerja dengan perubahan
reaktansi (capasitor) dan tegangan (catu daya), akibat
getaran membrane menimbulkan perubahan-perubahan arus sesuai
dengan sumber suara yang diterima oleh membran mikrofon.
- Wireless
Microphone, jenis mikrofon ini dilengkapi dengan pemancar (transmitter)
dan pesawat penerima (reciever). Cara kerja wireless microphone
(mikrofon tanpa kabel) jenis ini sangat tergantung dengan catu daya atau
batere. Kelebihan mikrofon ini adalah sangat nyaman karena pemakainya dapat
bergerak bebas tanpa terganggu adanya kabel.
§ Karakteristik
Mikrofon
Mikrofon memiliki tipe
dan karakteristik yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan kepekaan, teknik, dan
arah penyerapan serta pengeluaran suara.
- Omni
Directional Microphone. Mikrofon yang memiliki
tingkat kepekaan terhadap sumber suara dari segala arah dengan level yang sama.
Omni Directional Microphone dapat menangkap suara dari semua arah atau
dapat disebut juga dengan mikrofon tanpa pola arah.
- Bidirectional
Microphone, Mikrofon ini memiliki tingkat kepekaan
pada level yang sama dari dua arah, kebanyakan orang mengatakan mikrofon stereo.
Sebenarnya pengertian stereo sound berbeda dengan bidirectional
patern, meskipun mikrofon ini dapat menangkap sumber suara dari dua arah
yang berlawanan.
- Uni
Directional Microphone, Mikrofon yang hanya
mempunyai kepekaan dari satu arah, yaitu sumber suara yang berada di depan
mikrofon saja. Mikrofon yang memiliki pola arah (patern/polarity) ini
sering digunakan untuk penyiar, wawancara dan sangat baik dipergunakan untuk
pertunjukan musik dan teater karena dapat membatasi atau mengurangi intervensi
suara dari berbagai alat musik.
b. Audio
Mixer
Adalah suatu peralatan
audio yang dipergunakan sebagai alat, mencampur berbagai sumber suara, mengolah
suara, mengatur, dan mengontrol input serta memperkuat suara menjadi suatu
hasil keluaran suara yang diinginkan. Pada umumnya audio mixer standar
dilengkapi dengan komponenkomponen sebagai berikut.
-
Line / Mic.
Masukan
atau input yang dapat dipilih sesuai dengan sumber suara yang akan diproses.
Apabila masukan dari peralatan player, camera, sub mixer, dan lain
sebagainya menggunakan line in, sedangkan masukan dari mikrofon melalui mic
in yang tersedia.
-
Phantom Power adalah
suatu catu daya yang tersedia pada audio mixer. Digunakan apabila
memakai condenser microphone, biasanya dilengkapi dengan selector yang
dapat dipilih menggunakan phantom atau tidak.
-
Gain / Trim,
untuk mengatur besar kecilnya level masukan atau input ke audio mixer
dan sangat berpengaruh terhadap level output.
-
Equalization, untuk
mengolah warna suara terdiri dari low, middle, dan hight frequency. Ada
yang menyebut dengan bass dan treble, selain untuk mengolah warna
suara dapat juga untuk mengurangi feedback.
-
Pan dan
Assignment adalah potensiometer untuk
mengatur keluaran kiri atau kanan. Pengaturan ini sangat berguna dalam sistem
rekaman stereo, sedangkan yang dimaksud dengan assign adalah penggabungan
beberapa chanel input kedalam sub group sebelum diteruskan ke master
out/main out.
-
Fader, untuk
mengatur besaran keluaran atau output yang akan diteruskan ke master
out.
-
Mute / Solo / PFL, Pre
Fader Listening adalah suatu sakelar pintas untuk menghidupkan
dan mematikan setiap input. Sakelar ini sangat penting ketika melakukan control
balance setiap masukan terhadap keseluruhan sumber suara yang akan diolah.
-
Monitor dan Headphone, digunakan
sebagai keluaran untuk mengontrol audio yang aktif atau sedang dalam proses balancing,
mixing ataupun hasil akhir. Disarankan untuk selalu menggunakan headphone
yang standar setiap melakukan penataan dan pengontrolan level suara.
-
Master Out /
Main Out. Keluaran seluruh suara yang telah
melalui proses equalization dan mixing atau hasil akhir audio
mixer.
c. Audio
Player/Recorder
Alat untuk memutar
kembali hasil rekaman audio dan ada yang dapat berfungsi sebagai alat untuk
merekam audio dapat berupa tape rel, piringan hitam, tape recorder, compact
disk player, dan lain sebagainya.
d. Audio
Equalizer
Audio equalizer adalah
alat yang dapat berfungsi sebagai pengatur atau untuk memperbaiki warna suara
dengan tujuan hasil keluarannya sesuai sumber suara asli. Fungsi yang lain
adalah untuk membuat sound effect, memperjelas suara instrument musik
dan vokal. Frekuensi audio yang dapat didengarkan oleh manusia disebut dengan range
audibility atau kemampuan dengar manusia yang terletak pada frekuensi 20
Hertz sampai dengan 20.000 Hertz.
- Frekuensi
Rendah. Terletak pada 20 Hertz sampai dengan 250 Hertz.
Frekuensi 20 Hz sampai 63 Hz disebut low bass.
- Fekuensi
Menengah. Terletak antara 250 Hertz – 2000 Hertz disebut
dengan middle range frequency. Frekuensi harmonis instrumen musik berada
pada jarak frekuensi ini. Dengan menaikkan amplitudo 3 desibel dapat
mengakibatkan suara atau vokal yang terdengar seperti suara pembicaraan lewat
pesawat telepon.
- Frekuensi
Vokal. Frekuensi 4000 Hertz – 6000 Hertz, menaikkan amplitude
pada daerah frekuensi ini akan berpengaruh pada kejernihan vokal maupun
instrumen musik, terutama pada frekuensi 5000 Hz.
- Frekuensi
Tinggi. Berada pada daerah frekuensi 6000 Hertz – 16000
Hertz, dengan menaikan amplitudo pada batas-batas tertentu akan menambah
kejernihan dan kejelasan suara atau vokal. Apabila menaikkan terlalu tinggi
akan mengakibatkan suara berdesis.
e. Expander/Compresor
dan Limiter
Sistem kerja kompresor
adalah mengangkat level audio pada batas-batas tertentu sesuai dengan
pengaturan (threshold) apabila terjadi under level dari sumber
suara. Sedangkan limiter akan memberikan batasan pada level sumber suara
yang melebihi modulasi sehingga tidak terjadi kecacatan audio atau pemotongan
titik puncak (peak).
f. Power
Amplifier
Peralatan audio atau
rangkaian elektronik pelipat tegangan yang berfungsi sebagai penguat akhir. Power
amplifier dilengkapi dengan pengatur besaran perubahan energi elektrik
untuk diteruskan ke speaker monitor.
g.
Audio Speaker Monitor
Adalah alat yang
dipergunakan sebagai pengubah getaran elektrik yang berasal dari power
amplifier menjadi getaran suara (getaran akustik). Sinyal elektrik
menggerakkan spul (coil) yang melingkari medan magnit dan menggerakkan
membran speaker yang menghasilkan geraran akustik yang merambat melalui
udara hingga sampai pada telinga.
5.
Praktek Tata Suara
Pengerjaan tata suara
yang diterangkan dalam proses di bawah ini adalah untuk kepentingan iliustrasi
musik yang menggunakan alat musik elektronik dan akustik serta dipadu dengan
vokal. Dalam khasanah teater, tata suara sangat dominan terutama dalam pentas
drama musical atau opera. Di Indonesia, pentas operet menggunakan instrumen musik
secara langsung seperti halnya band dan pemainnya sering menyanyi seperti
penyanyi. Bahkan dalam beberapa pertunjukan hiburan, dialog pemain juga
menggunakan mikrofon. Pada pentas semacam ini, peranan tata suara tampak
sekali. Berbeda dengan jenis teater lain yang lebih mengandalkan suara akustik.
a. Persiapan
Untuk mempersiapkan
pertunjukan drama musikal yang berbasis musik non klasik (band) seorang penata
suara wajib mengetahui jenis dan karakter instrumen yang akan digunakan. Setiap
jenis instrument memiliki keluaran suara yang berbeda dan butuh pengolahan yang
berbeda pula.
b. Penataan
Untuk menghasilkan
suara yang baik adalah dengan melakukan penataan mikrofon dan peralatan audio
yang dipergunakan. Persyaratan yang lain adalah keseimbangan, keselarasan, keserasian
suara. Untuk hasil terbaik, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat
gambar layout penempatan mikrofon terhadap sumber suara. Sumber suara
atau bunyi yang hanya dapat ditangkap melalui mikrophon disebut dengan sumber
suara akustik dan sumber suara yang dihasilkan oleh peralatan elektronik
dikategorikan dengan sumber suara elektrik. Sumber suara akustik antara lain,
bunyi gamelan, binatang, manusia, angin, air, hujan, loudspeaker, peralatan
musik akustik dan lain-lain. Sedangkan sumber suara elektrik antara lain, keyboard,
gitar elektrik, televisi, tape recorder, audio and video player,
dan lain sebagainya.
c. Pengecekan
Setelah semua peralatan
ditata dengan baik, pengecekan perlu dilakukan. Kualitas suara yang jernih,
imbang, dan sesuai dengan karakter sangat diperhatikan. Perlu latihan teknik
tersendiri untuk menyesuaikan tata suara. Setiap instrumen dicoba secara
mandiri. Kemudian semua instrumen dimainkan secara bersama ditambah dengan
vokal. Teknik miking, adalah teknik yang paling sulit karena semua suara
diproyeksikan melalui mikrofon sehingga tata letak mikrofon satu dengan yang
lain sangat berpengaruh. Oleh karena itu, penyesuaian dalam pengecekan tidak
hanya berlaku pada speaker dan mixer tetapi juga pada tata letak
mikrofon. Dengan ketelitian dan kehati-hatian, hasil tata suara pastil
maksimal. Setelah semua dicek dengan baik, maka tata suara sudah siap
diaplikasikan dalam pementasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar