PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Gagasan yang mengandung pengertian bahwa sosiolinguistik
mencakupi bidang kajian yang luas, bukan hanya menyangkut wujud formal bahasa
dan variasi bahasa melainkan juga penggunaan bahasa di masyarakat. Penggunaan
bahasa tersebut berhubungan dengan berbagai faktor, baik faktor kebahasaan itu
sendiri maupun faktor non kbahasaan, seperti faktor sosial budaya, termasuk
tata hubungan antara pembicara dan pendengar. Implikasinya adalah bahwa
tiap-tiap kelompok masyarakat mempunyai kekhususan dalam hal nilai-nilai sosial
budaya dan variasi penggunaan bahasa dalam interaksi sosial. Maka dari itu kami
akan mengupas semua hubungan bahasa yang digunakan oleh manusia terhadap
berbagai faktor sosial masyarakat.
- Rumusan Masalah
2.1
Menjelaskan hubungan bahasa dengan faktor sosial.
2.2
Menjelaskan hubungan bahasa dengan jenis kelas
sosial.
2.3
Menjelaskan hubungan bahasa dengan jenis kelamin.
2.4
Menjelaskan hubungan bahasa dengan usia.
2.5
Menjelaskan hubungan bahasa dengan religi.
2.6
Menjelaskan hubungan bahasa dengan geografi.
2.7
Menjelaskan hubungan bahasa dengan pranata sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan bahasa denga
faktor sosial
Manusia adalah mahkluk sosial
yang tidak dapat hidup sendiri melainkan selalu berinteraksi dengan sesamanya.
Untuk keperluan tersebut, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
sekaligus sebagai identitas kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
terbentuknya berbagai bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang
menyebabkannya berbeda dengan bahasa lainnya.
Hubungan antara
bahasa dengan konteks sosial tersebut dipelajari dalam bidang Sosiolinguistik, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Trudgill bahwa “Sosiolinguistik adalah bagian linguistik
yang berkaitan dengan bahasa, fenomena bahasa dan budaya. Bidang ini juga
mengkaji fenomena masyarakat dan berkaitan dengan bidang sains sosial seperti
Antropologi atau sistem kerabat (Antropologi) bisa juga melibatkan geografi dan
sosiologi serta psychologi sosial”.
Manakala, Fishman
menyatakan bahwa Sosiolinguistik memiliki komponen utama yaitu ciri-ciri bahasa
dan fungsi bahasa. Fungsi bahasa dimaksud adalah fungsi sosial (regulatory)
yaitu untuk membentuk arahan dan fungsi interpersonal yaitu menjaga hubungan
baik serta fungsi imajinatif yaitu untuk menerangkan alam fantasi serta fungsi
emosi seperti untuk mengungkapkan suasana hati seperti marah, sedih, gembira dan
apresiasi. Perkembangan bahasa yang sejalan dengan perkembangan kehidupan
manusia di abad modern menunjukkan fenomena yang berubah-ubah antara lain
dengan penggunaan bahasa sebagai alat pergaulan tertentu yang dikenal dengan
variasi bahasa seperti jargon dan argot.
2.2
Menjelaskan hubungan bahasa dengan
kelas sosial.
Kelas
sosial (sosial class) mengacu pada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan
tertentu dalam bidang kemasyarakatan
seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan sebagainya.
Misalnya si A adalah seorang bapak di keluarganya, yang juga berstatus sosial sebagai guru. Jika dia
guru di sekolah negeri , dia juga masuk ke dalam kelas pegawai negeri. Jika dia
seorang sarjana, dia bisa masuk kelas sosial golongan “terdidik” dan
sebagainya.
Ragam
bahasa kelas sosial
Kita
melihat di Indonesia kelas sekelompok pejabat yang mempunyai kedudukan tinggi.
Tetapi ragam bahasanya justru nonbaku. Ragam bahasa mereka dapat dikenali dari
segi lafal mereka, yaitu akhiran –kan yang dilafalkan –ken. Jadi perbedaan atau
penggolongan kelompok masyarakat manusia
tercermin dalam ragam bahasa golongan masyarakat itu.
Peranan
Labov
Tahun
1966, William Labov menerbitkan hasil penelitiannya yang luas tentang tutur
kota New York, berjudul The Social Stratification of English in New York City
(lapisan sosial Bahasa Inggris di Kota New York). Ia mengadakan wawancara yang
direkam, tidak dengan sejumlah kecil informan, hanya terdiri dari 340 orang.
Dengan ini Lobov memasukkan metode sosiologi ke dalam penelitiannya. Sosiologi
menggunakan metode pngukuran kuantitatif dengan jumlah besar, dan dengan metode
sampling.
Kelas
sosial dan ragam baku
Ada
kaidah yang baku dalam bahasa Inggris. Jika subjek adalah kata ganti orang ke
tiga tunggal (she, he, it), predikat kata kerjanya harus menggunakan sifiks-s.
kemudian diadakan penelitian apakah ada hubungan antara kelompok sosial dengan
gejala bahasa ini. Penelitian diadakan di dua tempat, yaitu di Detroit (AS) dan
di Norwich (Inggris). Informannya meliputi berbagai tingkat kelas sosial,
yaitu:
Kelas Menengah Tinggi
(KMT)
Kelas Menengah Atas (KMA)
Kelas pekerja (buruh)
menengah (KPM)
Kelas pekerja bawah (KPB)
Keterkaitan
Bahasa dengan Komunikasi
Bahasa dengan
komunikasai sangat berhubungan. Dalam setiap komunikasi bahasa ada dua pihak
yang terlibat, yaitu pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver).
Ujaran (berupa kalimat atau kalimat-kalimat) yang digunakan untuk menyampaikan
pesan (berupa gagasan, pikiran, saran, dan sebagainya) itu disebut pesan. Dalam
ini pesan tidak lain pembawa gagasan (pikiran, saran, dan sebagainya) yang
disampaikan pengirim (penutur) kepada penerima (pendengar). Setiap proses
komunikasi bahasa dimulai dengan si pengirim merimuskan terlebih dahulu yang
ingin diujarkan dalam suatu kerangka gagasan. Proses ini dikenal sebagai
istilah semantic encoding.
Ada dua macam
komunikasi bahasa, yaitu komunikasi searah dan komunikasi dua arah. Dalam
komunikasi searah, si pengirim tetap sebagai pengirim, dan si penerima tetap
sebagai penerima. Misalnya, dealam komunikasi yang bersifat memberitahukan,
khotbah di mesjid atau gereja, ceramah yang tidak diikuti Tanya jawab. Dalam
komunikasi dua arah, secara berganti-ganti si pengirim bisa menjadi penerima,
dan penerima menjadi pangirim. Komunikasi dua arah ini terjadi dalam rapat,
perundingan, diskusi dan sebagainya.
Sebagai alat komunikasi, bahasa
itu terdiri dari dua aspek yaitu:
a. Aspek linguistic
Aspek nonlinguistik atau paralinguistic
Kedua aspek itu bekerjasama dalam
membangun komunikasi bahasa. Aspek linguistik mencakup tataran fonologis,
morfologis, dan sintaksis. Ketiga tataran ini mendukung terbentuknya yang akan
disampaikan, yaitu semantik (yang di dalamnya terdapat makna, gagasan, idea tau
konsep). Aspek paralinguistik mencakup:
Kualitas ujaran, yaitu pola
ujaran seseorang seperti falsetto (suara tinggi), staccato (suara
terputus-putus), dan sebagainya.
Unsur supra segmental, yaitu
tekanan (stress), nada (pitch), dan intonasi.
Jarak dan gerak-gerik tubuh, seperti gerakan tangan, anggukan kepala, dan sebagainya.
Jarak dan gerak-gerik tubuh, seperti gerakan tangan, anggukan kepala, dan sebagainya.
Rabaan, yakni yang berkenaan
dengan indera perasa (pada kulit).v
Aspek linguistic dan paralinguistik berfungsi sebagai alat komunikasi, bersama-sama dengan konteks situasi membentuk atau membangun situasi tertentu dalam proses komunikasi.
Aspek linguistic dan paralinguistik berfungsi sebagai alat komunikasi, bersama-sama dengan konteks situasi membentuk atau membangun situasi tertentu dalam proses komunikasi.
b. Pengaruh bahasa dalam Ragam kelas
Sosial
Perkembangan bahasa yang searah
dengan perkembangan kehidupan manusia di abad modern menunjukkan fenomena yang
berubah-ubah antara lain dengan penggunaan bahasa sebagai alat pergaulan
tertentu yang dikenal dengan variasi bahasa.
2.3
Menjelaskan hubungan bahasa dengan jenis kelamin.
Di dalam sosiolinguistik, bahasa
dan jenis kelamin memiliki hubungan yang sangat erat. Secara khusus, pertanyaan
yang telah menjamur sebagai bahan diskusi adalah, “mengapa cara berbicara
wanita berbeda dengan laki-laki?” Dalam kata lain, kita tertuju pada beberapa
factor yang menyebabkan wanita menggunakan bahasa standar lebih sering
dibanding pria. Di dalam menjawab pertanyaan tersebut,
kita harus menentukan bahasa sebagai bagian social, perbuatan yang berisi
nilai, yang mencerminkan keruwetan jaringan social, politik, budaya, dan
hubungan usia dalam sebuah masyarakat.
Beberapa ahli
bahasa percaya bahwa wanita sadar di dalam masyarakat status mereka lebih
rendah dari pada laki-laki, mereka menggunakan bentuk bahasa yang lebih standar
dari pada laki-laki yang menghubungkan cara masyarakat memperlakukan wanita.
Kesenjangan antara pria dan wanita memang terlihat sangat
jelas. Dari segi fisik, wanita terlihat lebih gemuk namun tidak berotot dan
wanita lebih lemah dibanding dengan pria. Begitu juga dengan suara, wanita
mempunyai suara yang berbeda dengan pria. Di samping itu, factor sosiokultural
juga mempengaruhi perbedaan dintara keduanya dalam berbahasa atau berbicara.
Misalnya, di dalam bidang pekerjaan, wanita memiliki peran yang berbeda dalam
suatu masyarakat.
Menurut Janet
Holmes, women "are designated the role of modelling correct behaviour in
the community." Dalam sudut pamdang ini, di dalam berbicara wanita
diharapkan lebih sopan. Namun, ini tidak selalu benar. Kita semua tahu bahwa
hubungan antara ibu dan anaknya atau suami dan istri biasanya tidak formal,
diselingi dengan colloquial atau bentuk ujaran sehari-hari.
Selain itu, tidak dapat dibayangkan untuk seorang wanita menggunakan kata seru/lontaran yang “keras”, seperti damn atau shit; wanita hanya dapat bilang oh dear atau fudge. Robin Lakoff percaya bahwa syntax yang lebih banyak digunakan oleh wanita adalah question tag, seperti You'd never do that, would you?
Dengan menggunakan bahasa yang sopan atau standar, wanita mencoba melindungai wajahnya, (keinginan atau kebutuhan mereka). Dalam kata lain, wanita menuntut status social yang lebih.
Selain itu, tidak dapat dibayangkan untuk seorang wanita menggunakan kata seru/lontaran yang “keras”, seperti damn atau shit; wanita hanya dapat bilang oh dear atau fudge. Robin Lakoff percaya bahwa syntax yang lebih banyak digunakan oleh wanita adalah question tag, seperti You'd never do that, would you?
Dengan menggunakan bahasa yang sopan atau standar, wanita mencoba melindungai wajahnya, (keinginan atau kebutuhan mereka). Dalam kata lain, wanita menuntut status social yang lebih.
Selain itu ada
beberapa penyebab terjadinya perbedaan berbahasa antara pria dan wanita,
diantaranya dalam fonologi, morfologi, dan diksi. Dalam segi fonologi, antara
pria dan wanita memiliki beberapa perbedaan, seperti halnya di Amerika wanita
menggunakan palatal velar tidak beraspirasi, seperti kata kjatsa (diucapkan
oleh wanita) dan djatsa (diucapkan oleh pria). Di scotlandia, kebanyakan wanita
menggunakan konsonan /t/ pada kata got, not, water, dan sebagainya. Sedangkan
prianya lebih sering mengubah konsonan /t/ dengan konsonan glottal tak
beraspirasi. Dalam bidang morfologi, Lakoff
menyatakan bahwa wanita sering menggunakan kata-kata untuk warna, seperti
mauve, beige, aquamarine, dan lavender yang mana kata-kata ini jarang digunakan
oleh pria. Selain itu, wanita juga sering menggunakan kata sifat, seperti
adorable, charming, divine, lovely, dan sweet.
Dilihat dari
diksi, wanita memiliki kosa kata sendiri untuk menunjukkan efek tertentu
terhadap mereka. Kata dan ungkapan seperti so good, adorable, darling, dan
fantastic. Di samping itu bhasa inggris membuat perbedaan kata tertentu
berdasarkan jenis kelamin seperti actor-actress, waiter-waitress, mr.-mrs.
Pasangan kata lain yang menunjukkan perbedaan yang serupa adalah boy-girl,
man-woman, bachelor-spinter dan lain sebagainya.
Hal ini terjadi karena adanya kesadaran dari sebagian
komunitas masyarakat yang tidak kentara bahwa perbedaan ini dibuat, dalam
pilihan kosa kata, digunakan untuk menggambarkan masing-masing peranan yang
dipegang antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal panggilan wanita juga
berbeda dengan pria. Biasanya dalam menggunakan panggilan untuk mereka (wanita)
sering digunakan kata-kata seperti dear, miss, lady atau bahkan babe (baby).
Dalam bersosialisasi, biasanya laki-laki lebih sering
berbicara seputar olah raga, bisnis, politik, materi formal, atau pajak.
Sedangkan topic yang dibicarakan oleh wanita lebih menjurus kepada masalah
kehidupan social, buku, makanan, minuman, dan gaya hidup.
2.4
Menjelaskan hubungan bahasa dengan usia.
Dalam
kehidupan sehari-hari, penggunaan bahasa tidak semata-mata tidak didasarkan
atas prinsip well-formed dalam sintaksis, melainkan atas dasar
kepentingan agar komunikasi tetap dapat berjalan. Lebih tepatnya, dengan
mengikuti kecenderungan dalam etnometologi, bahasa digunakan oleh masyarakat
tutur sebagai cara para peserta interaksi saling memahami apa yang mereka
ujarkan. Atas dasar ini, pertama, dapat di pahami dan memang sering kita
temukan, bahwa komunikasi tetap dapat berjalan meskipun menggunakan bahasa yang
tidak apik secara sintaksis; dan kedua, demi kebutuhan para anggota masyarakat
tutur untuk mengorganisasi dan memahami kegiatan mereka, selain tata bahasa,
makna juga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam analisis bahasa.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa perbedaan utama antara sintaksis dan
pragmatik, sekaligus menyatakan pentingnya study pragmatik dalam lingustik,
terletak pada makna ujaran dan pada pengguna bahasa. Salah satunya adalah
bahasa berpengaruh pada tingkat usia. Yaitu bagaimana kita menggunakan bahasa
pada orang yang lebih tua, dengan sesama/sebaya, atau bahkan dengan anak-anak.
2.5
Menjelaskan hubungan bahasa dengan seni
dan religi.
Bahasa, seni
dan religi adalah tiga hal yang tidak terpisahkan. Dalam bahasa ada kesenian
dan religi. Sebaliknya dalam seni dan agama terdapat bahasa. Ketiganya
merupakan unsur kebudayaan yang universal. Bahasa, seni dan religi merupakan 3
dari 7 unsur kebudayaan universal. Bahasa menempati urutan pertama, religi
urutan keenam dan kesenian urutan ke ketujuh. Menurut Robert Sibarani (2002),
bahasa ditempatkan urutan pertama karena manusia sebagai makhluk biologis harus
berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok sosial.
Untuk
mengadakan interaksi dan komunikasi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa
merupakan kebudayaan yang pertama dimiliki setiap manusia dan bahasa itu dapat
berkembang karena akal atau sistem pengetahuan manusia. Dalam proses
kehidupannya, manusia kemudian menyadari dirinya sebagai makhluk yang lemah
dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, maka lahirlah keyakinan didalam
diri manusia bahwa ada kekuatan lain yang maha dahsyat di luar dirinya. Timbul
dan berkembanglah religi. Untuk mengiringi kepercayaan atau sistem religi itu
supaya lebih bersemangat dan lebih semarak maka diciptakanlah seni. Berdasarkan
uraian di atas, hubungan bahasa, seni dan agama/religi/kepercayaan adalah kesenian
menyempurnakan dan menyemarakkan sistem religi dengan menggunakan media bahasa.
Bahasa, seni
dan religi merupakan unsur-unsur kebudayaan universal. Bahasa menempati urutan
pertama. Bahasa adalah induk dari segala kebudayaan. Atas dasar itu, hubungan
bahasa, seni dan religi dapat juga diperoleh dengan memahami hubungan bahasa
dengan kebudayaan. Menurut Robert Sibarani (2002), fungsi bahasa dalam
kebudayaan dapat diperinci:
1. Bahasa
sebaga sarana pengembangan kebudayaan.
2. bahasa
sebagai penerus kebudayaan.
3. Bahasa
sebagai inventaris ciri-ciri kebudayaan.
Bahasa sebagai sarana pengembangan
kebudayaan mengandung makna bahwa bahasa berperan sebagai alat atau sarana
kebudayaan, untuk mengembangkan kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan Indonesia
dikembangkan melalui bahasa Indonesia. Khazanah kebudayaan Indonesia dijelaskan
dan disebarkan melalui bahasa Indonesia, sebab penerimaan kebudayaan hanya bisa
terwujud apabila kebudayaan itu dimengerti, dipahami dan dijunjung masyarakat
itu sendiri. Sarana untuk memahami kebudayaan adalah bahasa. Atas dasar itu,
hubungan bahasa dengan kesenian dan religi adalah bahasa sebagai sarana
pengembangan kesenian dan religi. Kesenian dan religi yang ada di Indonesia
dikembangkan melalu bahasa Indonesia. Kesenian dan religi yang tumbuh dan
berkembang di Indonesia adalah kesenian dan religi yang dapat dimengerti dan
dipahami oleh masyarakat Indonesia. Sarana untuk memahami kesenian dan religi
adalah bahasa Indonesia.
Bahasa sebagai jalur penerus kebudayaan
mengandung makna bahwa bahasa berperan sebagai sarana pewarisan kebudayaan dari
generasi ke generasi. Menurut Robert Sibarani (2002), kebudayaan nenek moyang
yang meliputi pola hidup, tingkah laku, adat istiadat, cara berpakaian, dan
sebagainya dapat kita warisi dan wariskan kepada anak cucu kita melalui bahasa.
Atas dasar itu, hubungan bahasa dengan kesenian dan religi adalah bahasa
berperan sebagai sarana pewarisan kebudayaan dari generasi ke generasi.
Kesenian dan religi nenek moyang kita yang sudah ada beratus-ratus tahun lalu
masih bisa dipelajari oleh kita sekarang hanya karena bantuan bahasa. Kesenian
dan sistem religi yang tertulis dalam naskah-naskah lama, yang mungkin ditulis
beratus-ratus tahun lalu bisa kita nikmati sekarang hanya karena ditulis dalam
bahasa.
Bahasa sebagai inventaris ciri-ciri
kebudayaan mengandung makna bahwa bahasa berperan dalam penamaan atau
pengistilahan suatu unsur kebudayaan baru sehingga dapat disampaikan dan
dimengerti. Menurut Robert Sibarani (2002), setiap unsur kebudayaan, mulai dari
unsur terkecil sampai unsur terbesar diberi nama atau istilah. Dalam proses
pembelajaran dan pengajaran kebudayaan, nama atau istilah pada unsur kebudayaan
sekaligus berfungsi sebagai inventarisasi kebudayaan tersebut, yang berguna
untuk pengembangan selanjutnya. Atas dasar itu, hubungan bahasa dengan kesenian
dan sistem religi adalah bahasa berperan dalam penamaan atau pengistilahan
unsur-unsur kesenian dan religi baru sehingga dapat disampaikan dan dimengerti
oleh yang menerimanya. Setiap unsur kesenian dan religi, dari unit yang
terkecil sampai yang terbesar diberi nama atau istilah. Dalam proses
pembelajaran dan pengajaran kesenian dan religi. Nama atau istilah itu
digunakan untuk menginventarisasi kesenian dan religi tersebut untuk
pengembangan selanjutnya.
Bagaimanakah hubungan religi dengan
kesenian? Menurut William A. Haviland (1999), “kesenian harus dihubungkan
dengan, tetapi juga harus dibedakan dari agama. Garis pemisah di antara
keduanya tidak tegas.” Kesenian dan religi sangat berhubungan, hubungan yang
erat itu melahirkan kesenian religi yang biasa digunakan untuk mengiringi
upacara-upacara keagamaan. Dengan diringi berbagai jenis sastra, nyanyian dan
musik, upacara keagamaan berlangsung dengan semarak, khidmat dan turut membantu
mewujudkan situasi dan keadaan yang membuat umatnya terasa semakin lebih dekat
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kesenian adalah sebagai sarana penyaluran bakti dan
pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.6
Menjelaskan hubungan bahasa dengan budaya/geografi
Ada berbagai toeri mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan.
Ada yang mengatakan
bahasa itu merupakanbagian dari kebudayaan, tetapi ada pula yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan
dua hal yang berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat,
sehingga tidak dapat dipisahkan. Ada yang
mengatakan bahwa bahasa
sangat
dipengaruhi
oleh kebudayaan,sehingga segala hal
yang ada dalam kebudayaan akan tercermin
di dalam bahasa.begitu
pula Sebaliknya, ada juga
yang mengatakan
bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan
dan cara
berpikir
manusia
atau masyarakat penuturnya.
Menurut
Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubunganantara bahasa
dan
kebudayaanmerupakan
hubungan yang subordinatif, dimana
bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.Namun
pendapat lain
ada yang mengatakan bahwa bahasadan
kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama
tinggi. Masinambouw menyebutkan
bahwabahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem
yang melekat
pada manusia.Kalau kebudayaan
itu adalah sistem yang
mengatur interaksi
manusia
didalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu
sistem yang berfungsi sebagai saranaberlangsungnya
interaksi itu. Dengan demikian
hubungan bahasa dan kebudayaan seperti anak kembar siam,dua buah fenomena sangat
erat sekalibagaikan dua sisi mata
uang, sisi yang satu sebagai sistem kebahasaan dan sisi yang lain sebagai
sistem kebudayaan. Komponen-komponen lingkungan hidup tersebut
terdiri dari dua
jenis, yaitu
komponen biotik dan komponen
abiotik.Komponen biotik adalah makhluk
hidup yang
meliputi
hewan, tumbuhan danmanusia. Komponen abiotik adalah benda-benda tak
hidup (mati)
antara lain air,tanah, batu, udara dan cahaya matahari.Semua
komponen yang
berada di dalamlingkungan
hidup merupakan
satukesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk sistem
kehidupan yangdisebut
ekosistem.Antara
komunitas
dan lingkungannya
selalu terjadi interaksi.
Interaksi ini menciptakan kesatuan
ekologi yangdisebut
ekosistem.
Ekosistem merupakan suatu
kesatuan
fungsional
antara
komponen biotik dan komponen
abiotik.Ekosistem merupakan suatu interaksi yang komplek
dan memiliki penyusunan
yang beragam.Efek langsung perubahan iklim terhadap kesehatan
manusia tidaklah mudahdirumuskan.Definisi perubahan iklim dan efek langsung
bervariasi. Iklim mencakup perubahan suhu permukaan bumi, yang dipengaruhi
letak geografis, ketinggian, dan lingkungan biota suatu daerah.Kunci perubahan
iklim adalah perubahan suhu di suatu tempat di muka bumi.Perubahan suhu
tersebut mempengaruhi angin, hujan, salju,tumbuh‐tumbuhan,
dan setelah itu hewan,termasuk organisme mikro. Jika kita analisis perubahan
suhu permukaan salah satu bagian bumi, sebagai penyebab perubahan lainnya, maka
efek yang paling langsung terhadap kesehatan masnusia adalah efek ekstrim
dingin dan ekstrim panas,relatif terhadap rentang suhu yang toleransi manusia,
tanpa manipulasi diri atau lingkungan.Ketika gelombang panas melanda
Eropa,banyak kematian penduduk lanjut usia tidak terhindarkan. Seperti
dikemukakan oleh Confalonieri (2007), gelombang panas yang menyerang Perancis
di bulan Juli dan Agustus 2003telah menewaskan lebih dari 14.800 orang.Kematian
tersebut merupakan dampak langsung dariiklim ekstrim panas.sesungguhnya efek
iklim terhadap kesehatan secara tidak langsung sudahdikenal sejak lama. Kita
mengenal siklusdemam berdarah
yang terkait dengan musim hujan. Begitu juga dengan serangan influenza,
malaria, diare, tifus dan sebagainya. Penyakit-penyakit tersebut berhubungan
dengan perubahan iklim melalui perubahan kehidupan vektor atau bahan bahan
transmisi penyebab penyakit.
Geografi agama
dikembangkan
olehbeberapa tokoh antara lain Jongeneel,P. Deffontaines, dan D.E. Sopher.Geografi agama bukan hanya menelaah pengaruh ruang atas agama dan
gejala keagamaan namun
juga sebaliknya yakni pengaruh agama dan gejala keagamaan atas
keruangan.Relasi antara
agama dan tata ruang sebenarnya sudah diketahui
sejak zaman kuno, salah satu tokohnya yaitu Hippocrates namun baru mulai populerdi zaman
filsuf pencerahan salah satunya oleh Montesquieu di Prancis.Montesquieu mengungkapkan bahwa agama
monotheisme seprti
Yahudi,Kristen,
dan Islam
lahir di tepi-tepi gurun pasir dengan bentang alam yang monoton diungkapkanpula
bahwa hampir semua agama besar muncul diwilayah permukaan bumi yang diapit25
dan 35 derajat
Lintang Utara.Deffontaines membicarakan geografi agama
dalam 5 pokok:
1. Agama dan geografi sebagai tempat kediaman baik bagi orang yang masih hidup
maupun bagi yang sudah matiserta bagi dewa-dewa.
2. Agama dan
penduduk;
pengaruh agama atas daerah dan sejarah penduduk;
agama dan macam-macampenduduk; agama
dan kota-kota; agama
dan demografi.
3. Agama dan eksploitasi; agama dan pertanian; agama
dan peternakan; agama
dan
industri; agama
danpotensi geografis
daerah.
4. Agama dan lalu lintas; pengungsianpara penganut
agama;
kegiatan ziarah; perdagangan dan pertukaran
barang atas
latar belakang agama;
jalan sebagai
alat transportasi.
5. Agama dan jenis kehidupan; kalender agama;
tata kerja pemimpin agama;
pekerjaan sehari-hari kebiasaan.
Melville J. Herskovits
menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
- Alat-alat teknologi.
- Sistem ekonomi.
- Keluarga.
- Kekuasaan politik-Politik.
Bronislaw Malinowski
mengatakanada 4 unsur pokok yang meliputi:
- Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.
- Organisasi ekonomi.
- Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembagapendidikan utama).
- Organisasi kekuatan (politik).
Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu
pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan
material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian
arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang,
stadion olahraga, pakaian, gedung pencakarlangit, dan mesin cuci.
Kebudayaannonmaterial
Kebudayaan nonmaterial
adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi,
misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
2.7
Menjelaskan hubungan bahasa dengan pranata sosial.
Kehidupan bermasyarakat selalu
menimbulkan hubungan antarmanusia dalam suatu lingkungan kehidupan tertentu.
Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan manusia lain untuk berinteraksi dan
saling memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri.
Pranata sosial berasal dari bahasa asing
social institutions, itulah sebabnya ada beberapa ahli sosiologi yang
mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan. Menurut Horton dan Hunt (1987), yang dimaksud dengan
pranata sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau
kegiatan yang oleh masyarakat dianggap penting. Dengan kata lain, pranata
sosial adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir yang yang
mengejawantahkan nilai-nilai serta prosedur umum yang mengatur dan memenuhi
kegiatan pokok warga masyarakat.
Tiga kata kunci di dalam pembahasan mengenai pranata
sosial adalah:
1. Nilai dan Norma;
2. Pola perilaku yang dibakukan atau yang disebut prosedur umum, dan
3. Sistem hubungan, yakni jaringan peran serta status
yang menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum
yang berlaku.
Menurut
Koenjaraningrat (1978) yang dimaksud dengan pranata-pranata sosial adalah
sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakatnya untuk
berinteraksi menurut pola-pola resmi atau suatu sistem tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi
kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan mereka.
Pranata sosial
adalah sesuatu yang bersifat konsepsional,artinya bahwa eksistensinya hanya
dapat ditangkap dan dipahami melalui sarana pikir, dan hanya dapat dibayangkan
dalam imajinasi sebagai suatu konsep atau konstruksi pikir.
Pranata sosial terdapat dalam setiap
masyarakat, baik masyarakat sederhana maupun masyarakat kompleks atau
masyarakat modern, karena pranata sosial merupakan tuntutan mutlak adanya suatu
masyarakat atau komunitas. Sebuah komunitas dimana manusia tinggal bersama
membutuhkan pranata demi tujuan keteraturan. Semakin kompleks kehidupan
masyarakat semakin kompleks pula pranata yang dibutuhkan atau yang dihasilkan
guna pemenuhan kebutuhan pokoknya dalam kehidupan bersama. Pranata berjalan
seiring dengan semakin majunya masyarakat.
Hal-hal di atas
telah membuktikan bahwa bahasa sangat berperan dalam kegiatan manusia. Secara
umum, tujuan utama diciptakannya pranata sosial, selain untuk mengatur agar
kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara memadai, juga sekaligus untuk
mengatur agar kehidupan sosial warga masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan
lancer sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat itu sendiri.
DAFTAR RUJUKAN
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina, 2004. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
http://net/bahasa-dan-jenis kelamin. html. diakses 14 Oktober 2011
Mancenter, Fathurokh.2009/net/fenomena pemilihan
bahasa dalam masyarakat multilingual-paradigma sosiolinguistik. Di akses 14
Oktober 2011
http://net/komunitas anak sastra, universitas pendidikan Indonesia-linguistik-sastra
jurnalis/net/hubungan-bahasa-dengan-konteks-sosial.html
file///G:/net/hubungan-bahasa-seni-dan.html
file///G:/net/PRANATA SOSIAL.htm
Sajalah, Irmanto.2010.file:///G/net/pranata
social_Irmanto sajalah.htm
File:///net/HUBUNGAN -ANTARA-BAHASA-DAN-BUDAYA.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar