Jumat, 27 Januari 2012

Strategi Belajar Mengajar Apresiasi Prosa


Latar Belakang

Sastra dan manusia serta kehidupan dan persoalannya selalu menarik untuk dibahas. Sastra berisi manusia dan kehidupannya. Manusia dan sastra berkaitan rapat dengan kehidupanya, manusia menghidupi sastra dan kehidupan sastra merupakan kehidupan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa sastra itu indah. Jadi, mulailah belajar sastra dengan memahami dan menikmatinya. Karena belajar memerlukan estetika. Sebab pendidikan diperlukan untuk membangun kehidupan yang cerdas, kompetitif, terampil, kaya ilmu pengetahuan dan wawasan, berbudi pekerti luhur, berderajad mulia, berahlak utama, dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Semi (1984: 8) bahwa, sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Tulisan ini akan memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Strategi Belajar Mengajar Apresiasi Prosa. Dalam lingkup sastra, prosa selalu dipahami sebagai prosa kreatif, yaitu prosa dalam konteks hasil karya seni (sastra) yang kegunaanya untuk dinikmati dan dikontemplasikan dan dibedakan dengan karya lainnya.

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR APRESIASI PROSA
  1. Hakikat Prosa
Karya sastra merupakan dunia fiksi semata. Apabila karya sastra sepenuhnya kenyataan, ia akan berubah menjadi karya sejarah sehingga keterpaduan antara karya sastra dan mimesis dan kreativitas pengarang menentukan keberhasilan atau tidaknya sebuah karya sastra. Sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan sekaligus membentuknya.
Sastra dan manusia serta kehidupan dan persoalannya selalu menarik untuk dibahas. Sastra berisi manusia dan kehidupannya. Manusia dan sastra berkaitan rapat dengan kehidupanya, manusia menghidupi sastra dan kehidupan sastra merupakan kehidupan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa sastra itu indah. Jadi, mulailah belajar sastra dengan memahami dan menikmatinya. Karena belajar memerlukan estetika. Sebab pendidikan diperlukan untuk membangun kehidupan yang cerdas, kompetitif, terampil, kaya ilmu pengetahuan dan wawasan, berbudi pekerti luhur, berderajad mulia, berahlak utama, dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Semi (1984: 8) bahwa, sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Prosa merupakan bagian dari salah satu bentuk seni yang berbeda dengan salah satu bentuk fungsi onal, tidak berfaal memberikan informasi atau dengan logis meyakinkan kita tentang beberapa kebenaran. Prosa sastra terutama berfaal memberikan kepada kita suatu gambaran pengalaman dan menggerakkan kita secara emosional dalam kejadian humor dan satire, atau dalam berbagai suasana hati yang berupa keharusan, fantasi, pesona, takut, cemas, harapan, cinta dan benci. Ciri khas dari prosa kreatif tidaklah memberikan informasi dan meyakinkan kita dengan suatu cara yang langsung dan praktis, melainkan memberikan kepada kita suatu tiruan dari alam atau peristiwa untuk kita renungkan dan untuk kita nikmati.
Kepentingan utama dari prosa kreatif adalah naratif, yakni kepentingan menceritakan secara imajinatif yang lazimnya juga disebut fiksi. Dalam prosa naratif atau fiksi itu mewujudkan dirinya dalam bentuk cerita pendek dan adakalanya juga dalam novel.
Kebenaran fiksi merupakan kebenaran yang sesuai dengan keyakinan pengarang, kebenaran telah diyakini, keabsahannya sesuai dengan pandangannya terhadap masalah dan kehidupan. Fiksi merupakan cerita yang mememiliki tujuan yang memberikan hiburan kepada pembaca disamping adanya tujuan estetik. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati sebuah cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan bathin. Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkan kembali melalui sarana fiksi dengan media cerpen ataupun novel.
Pengajaran apresiasi prosa tidak laian adalah pengajaran apresiasi cerita pendek (cerpen), dan novel, yang dalam prakteknya tampak dalam kegiatan membaca intensif intensive reading baik dalam aspek tema maupun aspek bentuk dan strukturnya.
Prosa fiksi : cerita rekaan
Sifat-sifat prosa : menceritakan, menguraikan dan menginformasikan
Prosa ialah karangan bebas yang tidak terikat oleh banyaknya baris, banyaknya suku kata, serta tak terikat oleh irama dan rimanya seperti dalam puisi. Munurut zamannya prosa dapat dibedakan menjadi dua al:
  1. Prosa Lama
Yang termasuk prosa lama adalah:
  • Hikayat, yang mengisahkan tentang kehidupan raja-raja atau dewa-dewa. Dalam hikayat biasanya melukiskan kesaktian atau kehebatan pelakunya.
  • Cerita-cerita panji, disebut pula hikayat yang berasal dari kesusasteraan Jawa yang berkisah tentang 4 kerajaan di Pulau Jawa yaitu Kerajaan Jenggala, Kediri, Ngurawan dan Singosari.
  • Cerita Berbingkai, cerita yang didalamnya ada pula ceritanya. Cerita dalam cerita itu disebut cerita sisipan. Kadang kata cerita sisipan itu didalamnya ada pula cerita. Sehingga cerita berbingkai ini menjadi cerita yang bersusun.
  • Tambo, cerita sejarah yang tidak sepenuhnya mengandung kebenaran, karena dicampurkan dengan hal-hal yang tidak masuk akal.
  • Dongeng, cerita yang lahir dari khayalan pengarangnya. Jadi dongeng bukan merupakan cerita-cerita yang benar-benar terjadi. Menurut isinya dongeng dapat dibedakan menjadi empat yaitu:
  • Dongeng yang lucu yaitu cerita yang menggelikan
  • Fabel yaitu dongeng tentang binatang
  • Sage yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah
  • Legenda yaitu dongeng yang mengada-ada kenyataan dalam alam
  1. Prosa Baru
Bila dalam prosa lama kita dibawa pada khayal atau santai, namun dalam prosa baru kita dibawa pada peristiwa-peristiwa yang kita hayati dan alami tiap hari. Yang termasuk dalam Prosa Baru ialah:
  • Roman
Roman adalah cerita yang melukiskan sesuatu kehidupan manusia, baik perbuatan lahir maupun peristiwa-peristiwa batinnya. Menurut isinya roman dibedakan menjadi:
  • Roman bertenden yakni, roman yang mempunyai tujuan atau tendes tertentu.
  • Roman masyarakat yakni, roman yang menceritakan kehidupan masyarakat dengan segala persoalannya.
  • Roman Sejarah yakni, roman yang dijalin dengan menghubungkan kejadian dan tahun-tahun sejarah, sehingga ceritanya seolah-olah benar terjadi.
  • Roman Jiwa yakni, roman yang tidak hanya melukiskan peristiwa, tetapi teritama melukiskan tingkah laku dan tindak tanduk tokoh utamanya yang didasarkan pada latar kejiwaannya.
  • Roman Detektif yakni, tema ceritanya berhubungan dengan kejahatan pionase.
  • Roman Adat yakni, cerita yang memperlihatkan pertentangan antara kaum tua dan kaum muda yang mempertentangkan adat.
  • Roman Picisan, nama sindiran pada cerita-cerita roman yang tidak bermutu.
  • Novel
Bila dalam roman biasanya dikisahkan seluruh kisah hidup tokohnya, dari masak kanak-kanak hingga dewasa sampai meninggal dunia, tetapi dalam novel yang dilukiskan hanya sebagian dari hidupnya tokoh cerita, yaitu bagian hidupnya yang merubah nasib tokoh tersebut. Bila roman beraliran romantic, sedangkan novel beraliran realisme (kenyataan), kadang-kadang naturalism (alamiah). Novel dibangun atas beberapa unsur intrinsik antara lain: alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat.
  • Cerpen
Ialah semacam cerita rekaan yang sering kita jumpai pada media cetak. Dalam novel kritis (pergolakan) jiwa pelaku mengakibatkan perubahan nasib, tetapi dalam cerpen kritis tersebut tidak harus mengakibatkan perubahan nasib tokoh pelakunya. Ini merupakan salah satu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita yang digambarkan dalam cerpen sangat jelas karena ceritanya yang padat.
Ciri-ciri Cerpen
  • Bersifat rekaan
  • Bersifat naratif
  • Memiliki pesan yang tunggal
  1. Tujuan Pengajaran Apresiasi Prosa
Secara umum tujuan tujuan pengajaran apresiasi prosa (cerpen atau novel) adalah untuk membangun dan membangkitkan suatu generasi pembaca yang dapat membaca buku-buku sastra dengan baik dan mengerti serta memahami maksud pengarang dan makna serta yang serta nilai-nilai yang terkandung dalam jenis karya sastra tersebut.
Dalam rumusan lain, kegiatan dan keterampilan membaca cerpen atau novel harus dapat mengasilkan harus dapat menghasilkan dua jenis kategori proses berpikir yaitu:
  • Keharusan memahami bentuk yang mencakup unsur-unsur dan strukturnya.
  • Keharusan memahami kergaman makna atau arti yang tersirat di dalam karya fiksi tersebut.
Jika sudah seperti itu maka, akan timbul beberapa kesadaran dalam diri pembaca. Kesadaran itu berupa kesadaran tentang penataan karakter manusi itu sendiri, kesadaran tentang benturan nilai-nilai yang lazimnya terjadi dalam drama antar manusia, dan yang terakhir adalah kesadaran tentang arti yang besar tentang keindahan dari hidup sehari-hari.
Agar dapat menghasilkan kesadaran dalam menikmati karya prosa maka, kita dituntut untuk menjalin hubungan dengan karya sastra yaitu dengan gemar membacsa karya-karya yang bermutu, kemudian menceritakannya kembali kepada teman-temannya, dan mampu memetik nilai-nilai yang terkandung dalam cerita yang dibacanya, serta mampu memadukan dengan pengalaman sendiri.
Dengan demikian, pengajaran sastra dan prosa fiksi khususnya harus dilaksankan guna mencapai tujuan yang mula-mula digerakkan dari pencapaian pengetahuan dan keterampilan sampai pada akhirnya terbentuknya sikap positif baik terhadap karya sastra itu sendiri maupun terhadap hal-hal yang diimitasikan melalui proses mimesis.

  1. Strategi penyampaian
Agar pencapaian tujuan pengajaran apresiasi dapat berjalan dengan lancar, perlu dipilih strategi penyampaian yang tepat dan sesuai. Strategi penyampaian yang demikian itu tidak lain adalah yang memungkinkan terbentuknya minat baca, yang menggunakan teknik-teknik dan metode yang tepat dan sesuai, serta dipilih secara sesuai dari beberapa model yang dapat diandalkan dalam menciptakan aktivitas belajar siswa/mahasiswa yang optimal.
  • Strategi yang dapat membangun minat baca.
  • Pemberian contoh
  • Pemberian saran
  • Pemberian perlengkapan
  • Pemberian penguatan
  • Strategi dengan menggunakan metode beserta tekniknya
  • Membacakan dengan teknik tertentu
  • Memberi tugas dengan teknik tertentu
  • Berdiskusi dengan teknik tertentu
  • Tanya jawab dengan teknik tertentu
  • Memperagan dengan teknik tertentu
  • Model strategi penyampaian yang dapat diandalkan untuk divariasikan penggunaannya.
  • Strategi strata yang terdiri dari tiga tahap yaitu tahap penjelajahan, tahap interpretasi dan tahap rekreasi.
  • Strategi induktif model taba, yang terdiri atas tiga tahap yaitu pembentukan konsep, penjelasan atau penafsiran dan ramalan kesimpulan baru (penerapan prinsip).
  • Strategi Analisis, strategi ini paling banyak dikenal dan digunakan dalam penelaahan cipta sastra. Hal-hal yang harus ditelaah biasanya yang berkenaan dengan unsur, struktur dan tema karya sastra.

Penutup
Sastra merupakan cerminan masyarakat. Melalui karya sastra seorang pengarang mampu mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat, dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat itu sendiri. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman. Yang di perlukan masayrakat dalam sastra kita adalah seorang pengarang mampu menggambarkan kehidupan(kenyataan) nilai-nilai yang bermanfaat bagi masyarakat. Nah, untuk menentukan nilai sastra yang bermutu itu kita dapat melihatnya dari bentuk, isi, makna, ekspresi dan penggunaan bahasa sebagai media sastra yang baik dan mampu merekam segala peristiwa yang berada dalam masyarakat.
Karya sastra akan berfungsi dalam masyarakat, jika suatu karya itu dapat dinikmati oleh masyarakat. Karena, untuk menikmatai karya sastra sangat berbeda dengan menikmati karya lainnya. Karena karya sastra perlu dilakukan dengan penjiwaan sehingga karya itu dapt dinikmati,dipahami dan dimanfaatkan makna yang terkandung didalamnya. Karya sastra pula merupakan dokumen budaya. Budaya yang berasal dari religi dan upacara keagamaannya, organisasi masyarakat, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, teknologi dan peralatan. Sehingga karya sastra tidak semata-mata mengabdi mengabdi pada keindahan seni, tetapi memiliki manfaat bagi pengarang maupun pembacanya. Dengan memberikan kesadaran pada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup, yang menghibur hidup batiniah dan intelektual yang memenuhi kebutuhan manusia terhadap naluri keindahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar