Selasa, 05 Juni 2012

KARAKTERISTIK BUDAYA TIMUR


Umumnya manusia timur menghayati hidup dan seluruh eksistensinya. Manusia timur berpikir tidak bertujuan untuk menunjang uasaha menguasai dunia dan hidup secara teknis. Sebab manusia timur lebih menyukai intuisi dari pada akal budinya. Inti kepribadiannya tidak terletak pada inteleknya tetapi dihatinya, sehingga menyatukan akal budinya/intelek dengan intuisi, perasaan dan hati nuraninya.
            Budaya timur pada prinsipnya bermuara dari ajaran agama tumbuh dan berkembang di dunia timur. Cara berpikir manusia timur dimodifikasi oleh falsafah agama seperti Hindu dan Budha, menyebabkan manusia membuat kebijakan bersifat kontemplasi, tertuju pada tinjauan kebenaran. Berpikir kontemplasi, tertuju pada tinjauan kebenaran. Berpikir kontemplasi dipandang sebagai puncak perkembangan rohaniahnya.
            Falsafah budaya timur berusaha mencari keharmonisan dengan alam bukan untuk menguasainya, karena falsafahnya beranggapan bahwa manusia bagian dari alam, sehingga tidak berhak untuk merusak alamnya. Alamlah yang memberi kehidupan, keteduhan hidup makanan bahan untuk seni dan sains. Keinginan untuk memproleh keselamatan dan kebebasan tidak hanya ditekankan pada kemampuan sendiri, tetapi diserahkan kepada kekuatan diluar dirinya disebut kekuatan gaib, sehingga membentuk kepribadiannya. Untuk mencapainya dilakukannya melalui meditasi terekat dan mistik.
            Mencari ilmu tidak hanya menambah kecerdasan, tetapi mencari kebijaksanaan, menghadapi kenyataan orang timur yang memadukan pengetahuan dan intelektualnya dengan intuisi, pemikiran yang kongkrit, simbolik dan kebijaksanaan. Menurut (Alfia, 1985) ada tiga sifat menghadapi tantangan kebudayaan barat yaitu:
1.      Sikap reaksi yang sama sekali menolak kebudayaan barat. Sikap ini menganggap bahwa kebudayaan barat hanya melahirkan manusia materealisme yang rakus dan kejam dan menganggap kebudayaan timur yang lebih manusiawi.
2.      Sikap reaksi yang berusaha melihat adanya benturan antara kebudayaan barat dan timur secara kritis. Secara obyektif melihat masing-masing kelemahan antara keduanya. Karenanya, perlu, ada jarak antara keduanya untuk saling mengotori, untuk memadukannya perlu ada seleksi yang mana unsur budaya barat yang dapat menunjang kepentingan kebudayaan timur. Sehingga dapat masuk sendi-sendi kehidupan masyarakat dalam konteks budaya nasional.
3.      Reaksi yang menerima secara totalitas kebudayaan barat. Sikap seperti ini menganggap bahwa kebudayaan timur sudah tidak relevan lagi untuk menghadapi tantangan yang berkembang sekarang. Hanya kebudayaan barat yang unggul dan mampu untuk melahirkan manusia yang berkualitas (Agussalim: 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar