Jumat, 27 Januari 2012

Strategi Belajar Mengajar Apresiasi Prosa


Latar Belakang

Sastra dan manusia serta kehidupan dan persoalannya selalu menarik untuk dibahas. Sastra berisi manusia dan kehidupannya. Manusia dan sastra berkaitan rapat dengan kehidupanya, manusia menghidupi sastra dan kehidupan sastra merupakan kehidupan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa sastra itu indah. Jadi, mulailah belajar sastra dengan memahami dan menikmatinya. Karena belajar memerlukan estetika. Sebab pendidikan diperlukan untuk membangun kehidupan yang cerdas, kompetitif, terampil, kaya ilmu pengetahuan dan wawasan, berbudi pekerti luhur, berderajad mulia, berahlak utama, dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Semi (1984: 8) bahwa, sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Tulisan ini akan memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Strategi Belajar Mengajar Apresiasi Prosa. Dalam lingkup sastra, prosa selalu dipahami sebagai prosa kreatif, yaitu prosa dalam konteks hasil karya seni (sastra) yang kegunaanya untuk dinikmati dan dikontemplasikan dan dibedakan dengan karya lainnya.

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR APRESIASI PROSA
  1. Hakikat Prosa
Karya sastra merupakan dunia fiksi semata. Apabila karya sastra sepenuhnya kenyataan, ia akan berubah menjadi karya sejarah sehingga keterpaduan antara karya sastra dan mimesis dan kreativitas pengarang menentukan keberhasilan atau tidaknya sebuah karya sastra. Sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan sekaligus membentuknya.
Sastra dan manusia serta kehidupan dan persoalannya selalu menarik untuk dibahas. Sastra berisi manusia dan kehidupannya. Manusia dan sastra berkaitan rapat dengan kehidupanya, manusia menghidupi sastra dan kehidupan sastra merupakan kehidupan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa sastra itu indah. Jadi, mulailah belajar sastra dengan memahami dan menikmatinya. Karena belajar memerlukan estetika. Sebab pendidikan diperlukan untuk membangun kehidupan yang cerdas, kompetitif, terampil, kaya ilmu pengetahuan dan wawasan, berbudi pekerti luhur, berderajad mulia, berahlak utama, dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Semi (1984: 8) bahwa, sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Prosa merupakan bagian dari salah satu bentuk seni yang berbeda dengan salah satu bentuk fungsi onal, tidak berfaal memberikan informasi atau dengan logis meyakinkan kita tentang beberapa kebenaran. Prosa sastra terutama berfaal memberikan kepada kita suatu gambaran pengalaman dan menggerakkan kita secara emosional dalam kejadian humor dan satire, atau dalam berbagai suasana hati yang berupa keharusan, fantasi, pesona, takut, cemas, harapan, cinta dan benci. Ciri khas dari prosa kreatif tidaklah memberikan informasi dan meyakinkan kita dengan suatu cara yang langsung dan praktis, melainkan memberikan kepada kita suatu tiruan dari alam atau peristiwa untuk kita renungkan dan untuk kita nikmati.
Kepentingan utama dari prosa kreatif adalah naratif, yakni kepentingan menceritakan secara imajinatif yang lazimnya juga disebut fiksi. Dalam prosa naratif atau fiksi itu mewujudkan dirinya dalam bentuk cerita pendek dan adakalanya juga dalam novel.
Kebenaran fiksi merupakan kebenaran yang sesuai dengan keyakinan pengarang, kebenaran telah diyakini, keabsahannya sesuai dengan pandangannya terhadap masalah dan kehidupan. Fiksi merupakan cerita yang mememiliki tujuan yang memberikan hiburan kepada pembaca disamping adanya tujuan estetik. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati sebuah cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan bathin. Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkan kembali melalui sarana fiksi dengan media cerpen ataupun novel.
Pengajaran apresiasi prosa tidak laian adalah pengajaran apresiasi cerita pendek (cerpen), dan novel, yang dalam prakteknya tampak dalam kegiatan membaca intensif intensive reading baik dalam aspek tema maupun aspek bentuk dan strukturnya.
Prosa fiksi : cerita rekaan
Sifat-sifat prosa : menceritakan, menguraikan dan menginformasikan
Prosa ialah karangan bebas yang tidak terikat oleh banyaknya baris, banyaknya suku kata, serta tak terikat oleh irama dan rimanya seperti dalam puisi. Munurut zamannya prosa dapat dibedakan menjadi dua al:
  1. Prosa Lama
Yang termasuk prosa lama adalah:
  • Hikayat, yang mengisahkan tentang kehidupan raja-raja atau dewa-dewa. Dalam hikayat biasanya melukiskan kesaktian atau kehebatan pelakunya.
  • Cerita-cerita panji, disebut pula hikayat yang berasal dari kesusasteraan Jawa yang berkisah tentang 4 kerajaan di Pulau Jawa yaitu Kerajaan Jenggala, Kediri, Ngurawan dan Singosari.
  • Cerita Berbingkai, cerita yang didalamnya ada pula ceritanya. Cerita dalam cerita itu disebut cerita sisipan. Kadang kata cerita sisipan itu didalamnya ada pula cerita. Sehingga cerita berbingkai ini menjadi cerita yang bersusun.
  • Tambo, cerita sejarah yang tidak sepenuhnya mengandung kebenaran, karena dicampurkan dengan hal-hal yang tidak masuk akal.
  • Dongeng, cerita yang lahir dari khayalan pengarangnya. Jadi dongeng bukan merupakan cerita-cerita yang benar-benar terjadi. Menurut isinya dongeng dapat dibedakan menjadi empat yaitu:
  • Dongeng yang lucu yaitu cerita yang menggelikan
  • Fabel yaitu dongeng tentang binatang
  • Sage yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah
  • Legenda yaitu dongeng yang mengada-ada kenyataan dalam alam
  1. Prosa Baru
Bila dalam prosa lama kita dibawa pada khayal atau santai, namun dalam prosa baru kita dibawa pada peristiwa-peristiwa yang kita hayati dan alami tiap hari. Yang termasuk dalam Prosa Baru ialah:
  • Roman
Roman adalah cerita yang melukiskan sesuatu kehidupan manusia, baik perbuatan lahir maupun peristiwa-peristiwa batinnya. Menurut isinya roman dibedakan menjadi:
  • Roman bertenden yakni, roman yang mempunyai tujuan atau tendes tertentu.
  • Roman masyarakat yakni, roman yang menceritakan kehidupan masyarakat dengan segala persoalannya.
  • Roman Sejarah yakni, roman yang dijalin dengan menghubungkan kejadian dan tahun-tahun sejarah, sehingga ceritanya seolah-olah benar terjadi.
  • Roman Jiwa yakni, roman yang tidak hanya melukiskan peristiwa, tetapi teritama melukiskan tingkah laku dan tindak tanduk tokoh utamanya yang didasarkan pada latar kejiwaannya.
  • Roman Detektif yakni, tema ceritanya berhubungan dengan kejahatan pionase.
  • Roman Adat yakni, cerita yang memperlihatkan pertentangan antara kaum tua dan kaum muda yang mempertentangkan adat.
  • Roman Picisan, nama sindiran pada cerita-cerita roman yang tidak bermutu.
  • Novel
Bila dalam roman biasanya dikisahkan seluruh kisah hidup tokohnya, dari masak kanak-kanak hingga dewasa sampai meninggal dunia, tetapi dalam novel yang dilukiskan hanya sebagian dari hidupnya tokoh cerita, yaitu bagian hidupnya yang merubah nasib tokoh tersebut. Bila roman beraliran romantic, sedangkan novel beraliran realisme (kenyataan), kadang-kadang naturalism (alamiah). Novel dibangun atas beberapa unsur intrinsik antara lain: alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat.
  • Cerpen
Ialah semacam cerita rekaan yang sering kita jumpai pada media cetak. Dalam novel kritis (pergolakan) jiwa pelaku mengakibatkan perubahan nasib, tetapi dalam cerpen kritis tersebut tidak harus mengakibatkan perubahan nasib tokoh pelakunya. Ini merupakan salah satu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita yang digambarkan dalam cerpen sangat jelas karena ceritanya yang padat.
Ciri-ciri Cerpen
  • Bersifat rekaan
  • Bersifat naratif
  • Memiliki pesan yang tunggal
  1. Tujuan Pengajaran Apresiasi Prosa
Secara umum tujuan tujuan pengajaran apresiasi prosa (cerpen atau novel) adalah untuk membangun dan membangkitkan suatu generasi pembaca yang dapat membaca buku-buku sastra dengan baik dan mengerti serta memahami maksud pengarang dan makna serta yang serta nilai-nilai yang terkandung dalam jenis karya sastra tersebut.
Dalam rumusan lain, kegiatan dan keterampilan membaca cerpen atau novel harus dapat mengasilkan harus dapat menghasilkan dua jenis kategori proses berpikir yaitu:
  • Keharusan memahami bentuk yang mencakup unsur-unsur dan strukturnya.
  • Keharusan memahami kergaman makna atau arti yang tersirat di dalam karya fiksi tersebut.
Jika sudah seperti itu maka, akan timbul beberapa kesadaran dalam diri pembaca. Kesadaran itu berupa kesadaran tentang penataan karakter manusi itu sendiri, kesadaran tentang benturan nilai-nilai yang lazimnya terjadi dalam drama antar manusia, dan yang terakhir adalah kesadaran tentang arti yang besar tentang keindahan dari hidup sehari-hari.
Agar dapat menghasilkan kesadaran dalam menikmati karya prosa maka, kita dituntut untuk menjalin hubungan dengan karya sastra yaitu dengan gemar membacsa karya-karya yang bermutu, kemudian menceritakannya kembali kepada teman-temannya, dan mampu memetik nilai-nilai yang terkandung dalam cerita yang dibacanya, serta mampu memadukan dengan pengalaman sendiri.
Dengan demikian, pengajaran sastra dan prosa fiksi khususnya harus dilaksankan guna mencapai tujuan yang mula-mula digerakkan dari pencapaian pengetahuan dan keterampilan sampai pada akhirnya terbentuknya sikap positif baik terhadap karya sastra itu sendiri maupun terhadap hal-hal yang diimitasikan melalui proses mimesis.

  1. Strategi penyampaian
Agar pencapaian tujuan pengajaran apresiasi dapat berjalan dengan lancar, perlu dipilih strategi penyampaian yang tepat dan sesuai. Strategi penyampaian yang demikian itu tidak lain adalah yang memungkinkan terbentuknya minat baca, yang menggunakan teknik-teknik dan metode yang tepat dan sesuai, serta dipilih secara sesuai dari beberapa model yang dapat diandalkan dalam menciptakan aktivitas belajar siswa/mahasiswa yang optimal.
  • Strategi yang dapat membangun minat baca.
  • Pemberian contoh
  • Pemberian saran
  • Pemberian perlengkapan
  • Pemberian penguatan
  • Strategi dengan menggunakan metode beserta tekniknya
  • Membacakan dengan teknik tertentu
  • Memberi tugas dengan teknik tertentu
  • Berdiskusi dengan teknik tertentu
  • Tanya jawab dengan teknik tertentu
  • Memperagan dengan teknik tertentu
  • Model strategi penyampaian yang dapat diandalkan untuk divariasikan penggunaannya.
  • Strategi strata yang terdiri dari tiga tahap yaitu tahap penjelajahan, tahap interpretasi dan tahap rekreasi.
  • Strategi induktif model taba, yang terdiri atas tiga tahap yaitu pembentukan konsep, penjelasan atau penafsiran dan ramalan kesimpulan baru (penerapan prinsip).
  • Strategi Analisis, strategi ini paling banyak dikenal dan digunakan dalam penelaahan cipta sastra. Hal-hal yang harus ditelaah biasanya yang berkenaan dengan unsur, struktur dan tema karya sastra.

Penutup
Sastra merupakan cerminan masyarakat. Melalui karya sastra seorang pengarang mampu mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat, dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat itu sendiri. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman. Yang di perlukan masayrakat dalam sastra kita adalah seorang pengarang mampu menggambarkan kehidupan(kenyataan) nilai-nilai yang bermanfaat bagi masyarakat. Nah, untuk menentukan nilai sastra yang bermutu itu kita dapat melihatnya dari bentuk, isi, makna, ekspresi dan penggunaan bahasa sebagai media sastra yang baik dan mampu merekam segala peristiwa yang berada dalam masyarakat.
Karya sastra akan berfungsi dalam masyarakat, jika suatu karya itu dapat dinikmati oleh masyarakat. Karena, untuk menikmatai karya sastra sangat berbeda dengan menikmati karya lainnya. Karena karya sastra perlu dilakukan dengan penjiwaan sehingga karya itu dapt dinikmati,dipahami dan dimanfaatkan makna yang terkandung didalamnya. Karya sastra pula merupakan dokumen budaya. Budaya yang berasal dari religi dan upacara keagamaannya, organisasi masyarakat, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, teknologi dan peralatan. Sehingga karya sastra tidak semata-mata mengabdi mengabdi pada keindahan seni, tetapi memiliki manfaat bagi pengarang maupun pembacanya. Dengan memberikan kesadaran pada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup, yang menghibur hidup batiniah dan intelektual yang memenuhi kebutuhan manusia terhadap naluri keindahan.


APRESIASI DRAMA

  1. Hakikat Drama

Secara Etimologi (asal usul bentuk kata). Kata drama berasal dari akar kata drau (bahasa Yunani) yang berarti “gerak” atau “perbuatan”. Tontonan drama memang menojolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (action) dipanggung.
Drama merupakan karangan yang berbentuk skenario lengkap, semuanya diuraikan secara rinci oleh penulis naskah, seperti unsur-unsur yang dalam karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Sebelum drama dipertunjukan di atas pentas, teks drama harus dianalisis sehingga gambaran kasar tentang suasan drama dalam naskah tersebut dapat dibayangkan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa, pengajaran apersiasi drama selalu bermula dengan pengajaran membaca naskah. Seperti halnya membaca puisi dan karya fiksi (novel, cerpen), membaca naskah drama merupakan suatu suatu perbuatan kreatif, dalam artian bahwa, perbuatan itu meminta kerja sama imajinatif yang sepenuh-penuhnya untuk untuk menjalin hubungan antara pembaca dengan penulis naskah. Drama meminta kepada pembaca suatu koordinasi pikiran dan perasaan. Pada saat orang membaca drama, ia dapat membayangkan dirinya menjadi aktor, produser, sutradara, perancang pentas, bahkan peƱata lampu. Kata-kata yang tercetak dapat mensugesti pembaca untuk meciptakan gerak dan perbuatan, pelaku-pelaku yang berbicara, serta gambaran setting tertentu. Efek visual dari setting pentas harus tercipta dalam imajinasi pembaca, begitu juga mengenai atmosfir mood dan nada peristiwa kehidupannya. Koordinasi pikiran dan perasaan pembaca haruslah kuat karena naskah drama tidak memiliki device yang mengklasifikasi arti seperti yang terdapat dalam novel atau cerpen.
Drama merupakan cermin/pantulan diri dan hidup kita sendiri. Drama sangat penting diajarkan karena dalam pembelajaran drama akan menemukan lebih banyak tentang apa yang dimaksud dengan “menjadi manusia yang mampu berdiri sendiri” (manusia mandiri) sebagai individu karena manusia dalam semua leruwetan dan konflik-konflik hidupnya dapat menyusun pokok masalah utama kehidupannya dari seni drama itu. Drama tidak hanya merupakan pencerminan atau pantulan lingkungan hidup, tetapi juga menolong kita untuk mengatasi masalahnya, untuk mengembangkannya dengan baik-baik,dengan imajinasi dan pengertian mengenai hidup itu sendiri.
Drama dapat dipandang sebagai sarana memanusiakan manusia, terdorong dengan tiba-tiba kearah imajinasi, untuk mengerti, untuk menyadari dan dengan penuh kepastian mengetahui kearah jati diri. Maka tujan tulisan ini adalah akan pengetahuan baru kepada pembaca mengenai dunia drama.
  1. Menurut masanya drama dibedakan al:
  • Drama baru/Modern
Drama modern adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat pada umumnya yang bertemakan kehidupan sehari-hari.

  • Drama lama/Klasik
Drama klasik ialah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan kerajaan atau istana, kehidupan dewa-dewi, dll.

  1. Unsur-unsur yang Membantu dalam Pementasan Drama
  • Babak yaitu bagian dari sebuah lakon drama. Batas antara babak satu dan babak lain ditandai dengan turunnya layar, atau lampu penerang panggung dimatikan sejenak.
  • Adegan yaitu bagian dari lakon drama juga. Sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana yang merupakan bagian dari rangkaian suasana-suasana dalam babak.
  • Prolog yaitu kata pengantar atau pendahuluan sebuah lakon.
  • Dialog yaitu percakapan diantara pelaku/pemain dalam sebuah pementasan.
  • Monolog yaitu percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri.
  • Epilog yaitu kata penutup yang mengakhirisebuah lakon yang biasanya merupakan ikhtisar dari cerita dalam drama tersebut.
  • Mimik yaitu ekspresi air muka para pemain.
  • Pantomim yaitu ekspresi gerak-gerik anggota tubuh untuk menggambarkan emosi yang sesuai dengan jalan ceritanya.

  1. Menurut Isinya Drama dibedakan al:
  • Drama Tragedi yakni, drama yang menggambarkan kesedihan. (pelaku utama, selalu dirundung masalah).
  • Drama Komedi yakni, drama yang menimbulkan kelucuan.
  • Drama Tragedi-Komedi yakni, paduan tragedy dan komedi. Drama yang menggambarkan kelucuan, juga menggambarkan perasaan sedih dan duka.
  • Lelucon yakni, drama yang lucu yang menimbulkan tawa penonton. Tujuan utamanya adalah menghibur dengan isi yang singkat.
  • Drama Melodrama yakni, drama yang dialognya diucapkan dengan iringan melodi/musik.
  • Drama Sendratari yakni, gabungan antara seni drama dan seni tari.

  1. Unsur-unsur Drama
  • Karakter, ini merupakan sumber konflik dan percakapan antar tokoh.
  • Dialog merupakan salan satu unsur vital dalam sebuah pementasan drama.
  • Lattar merupakan bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan kejadian ketika tokoh mengalami peristiwa.
  • Amanat, berupa pesan yang disisipkan pemain melalui konflik dalam suatu cerita.
  • Bahasa merupakan unsur yang paling penting dalam drama.


  1. Unsur-unsur Pementasan Drama
  • Naskah drama yang merupakan bahan pokok pementasan.
  • Sutradara yang bertugas mengkordinasi lalulintas pertunjukan drama.
  • Pemain yang menafsirkan perwatakan tokoh melalui perannya.
  • Panggung yang memungkinkan pemain dapat dilihat oleh penonton.
  • Cahaya/tata lampu, diperlukan untuk memperjelas penglihatan.
  • Tata bunyi yang memegang peranan penting dalam membedakan suasana dalam pementasan drama.
  • Pakaian/kostum, ini digunakan untuk membantu pemain dalam menggambarkan kepribadian wataknya.
  • Tata rias yang dapat menentukan status sosial pemeran.
  • Penonton, dalam setiap pementasan selalu membutuhkan penonton.

  1. Materi Pengajaran Drama
Berdasarkan rumusan tujuan tersebut, materi pelajaran apresiasi drama menurut (Ahmadi, Muksin:1990) dapat berkisar pada hal-hal tersebut:
  • Cara membaca dan menafsirkan naskah drama serta mencari segi-segi yang menyenangkan melalui analisis unsur-unsur dan strukturnya.
  • Identifikasi karya-karya dramatik yang siginifikan sebagai khasanah renungan nilai-nilai.
  • Pengembangan landasan berpikir dan cita rasa dalam seni drama, termasuk film dan televisi.
  • Pembentukan minat bermain drama atau membantu masyarakat atau perkumpulan drama dan teater ditanah air.
  • Pembentukan pengertian dan pengakuan mahasiswa tentang pentingnyha drama dan teater sebagi suatu sumber pengetahuan dan kesadaran tentang masalah orang-orang atau masyarakat.

  1. Strategi Penyampaian Pengajaran Drama

Pengajaran mengapresiasi drama sebenarnya mempunyai dua target yaitu, produksi pementasan dan responsi yang diperoleh dalam menonton pementasan. Materi pengajaran drama secara lebih terperinci dapat dapat dilaksanakan dalam tahap-tahap berikut:

  1. Studi Naskah (menafsirkan gagasan dan emosi pengarang)
  • Membaca diam (silent reading) dilakukan secara klasikal atau individual terjadwal atau terstruktur atau tak terjadwal, kegiatan ini dimaksudkan untuk menangkap atau mencari gagasan atau emosi pengarang dengan perincian penentuan:
  • Pokok persoalan
  • Sikap menulis terhadap pokok persoalan
  • Sikap penulis kepada pembaca
  • Kehendak/cerita penulis
  • Nilai-nilai
  • Membaca mengidentifiksi makna, bentuk, unsur-unsur yang dilakukan dalam diskusi kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dipadukan oleh guru maupun dosen.
  • Mengidentifikasi latar/setting dan atmosfir cerita
  • Difungsikan menunjang gerak dramatic.
  • Suasana sayu, cerah, gembira, tertekan, khusuk, dll.
  • Identifikasi dialog
  • Penanda watak
  • Penanda tema
  • Penanda fore shadowing
  • Identifikasi Jenis Konflik dan Jenis Lakon
  • Identifiksi Nilai-nilai

  1. Latihan Kearah Teater
Dalam latihan kearah teater, ada beberapa hal yang harus dilakukan al:
  • Membaca nyaring
  • Pengucapan dialog dengan lagu, irama, tekanan dan kesenyapan sesuai dengan fungsi dialog.
  • Pengucapan dialog dengan ragam penggunaan tertentu (idiolek, dialek) dll.
  • Menciptakan setting pentas dengan lagu, irama, tekanan dan kesenyapan sesuia dengan fungsi tiap baris dialog.
  • Latihan berdialog dengan disertai ekpresi suara, mimik dan gerak pendukung.
  • Latihan gerak dan oratori.

Dalam garis besarnya terdapat beberapa penerapan yang harus diterapkan siswa setelah mempelajari drama al:
  • Penjelahan, siswa membaca atau menonton untuk memperoleh pemahaman tentang naskah drama yang diapresiasi lewat pembacaan atau pementasan.
  • Interpretasi, siswa melakukan penafsiran dengan menganalisis unsur-unsur yang membangun naskah drama yang diapresiasi.
  • Rekreasi, dalam langkah ini siswa diminta untuk mengkreasikan kembali hal-hal yang dipahaminya.
  1. Pementasan atau Pertunjukan
Latihan kearah teater berakhir dengan pementasan yang mempertontonkan kemauan gerak serta lingkungan tiap sosok tokoh atau insan lakon.


Daftar Rujukan
Ahmadi, Muksin. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa & Apresiasi Sastra. Malang: YA3 Malang.
Tofani, Abi & G.S. Nugroho. 2008. Sari Kata Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Kartika.

Selasa, 17 Januari 2012

APRESIASI PUISI


 
a.      Hakikat Puisi
Secara Etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu Pocima artinya “membuat” atau Poesis artinya “pembuatan”. Dan dalam bahasa Inggris yaitu Poem atau Poetry yang artinya “membuat” atau “pembuatan” karena lewat puisi seseorang telah menciptakan dunia sendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.
Puisi merupakan ungkapan berdasarkan imajinasi, ungkapan berdasarkan perasaan dan pengalaman, ungkapan dalam bentuk problem, ungkapan berdasarkan ekspresi, ungkapan melalui media bahasa yang indah, ungkapan dengan simbol, ungkapan dalam bentuk tulisan, suatu karya yang mempunyai nilai budaya, dan yang terakhir adalah puisi merupakan kemahadayaan bahasa.
Jadi, bisa diartikan bahwa puisi ialah suatu perasaan yang diimajinasikan oleh manusia yang tercermin dari sebuah pengalaman hidup dan diekspresikan dalam bentuk tulisan dengan menggunakan media bahasa yang indah (kemahadayaan bahasa) yang mengandung simbol dan nilai budaya yang luhur.
Puisi merupakan bentuk kesusasteraan yang terikat oleh banyaknya baris atau bait-bait, banyaknya suku kata dalam tiap baris, dan sajak/rima bunyi akhir kata dalam baris. Tak dapat dipungkiri bahwa puisi benar-benar merupakan suatu jenis intensitifikasi pemakaian bahasa dalam sastra sehingga semua pengalaman dan kepuasan literer yang diperoleh pembacan pada dasarnya adalah pengalaman verbal atau kebahasaan. Semua elemen dalam puisi diatur jauh lebih berhati-hati, atau formal dan jauh lebih dikonsentrasikan, karena puisi hadir dari pengalaman kemudian direnungkan, diimajinasikan lalu dimediakan melalui bahasa yang indah penuh makna.
Pengajaran apresiasi puisi, menurut Dwigh L. Burton (dalam Ahmadi, Muksin:1990), dapat dipandang sebagai sentral karena tiga alasan berikut:
-          Puisi dapat memberikan kenyamanan  yang mendalam, dapat menambah suatu kekayaan, kenikmatan dalam bahasa, dapat membuat kita tebih responsive terhadap dunia verbal dalam kehidupan.
-          Pembacaan puisi yang akrab memberikan kepada kita semacam control verbal dan semantik sehingga memelihara bahasa tetap hidup dan vital.
-          Puisi memperluas kawasan persepsi, memperdalam dan membeningkan kepekaan emosional dan kemampuan.

b.      Jenis-jenis Puisi
Menurut zamannya puisi dapat dibagi menjadi tiga al:
1.      Puisi Lama
Puisi lama ialah puisi yang lahir sebelum masa penjajahan Belanda, sehingga belum tampak adanya pengaruh kebudayaan Barat. Sifat masyarakat lama yang statis dan objektif, melahirkan bentuk puisi yang statis pula dan terikat pada aturan tertentu. Puisi lama terdiri dari:
a.      Mantra adalah kata-kata yang mengadung hikmat atau kekuatan ghaib.

b.      Bidal/Peribahasa, Peribahasa terdiri dari:
-          Pepatah merupakan kiasan yang dinyatakan dengan kalimat. Yang dikiaskan biasanya ialah sesuatu tentang keadaan atau kelakuan seseorang. Misalnya: hemat pangkal kaya.
-          Ungkapan merupakan kiasan tentang keadaan atau kelakuan seseorang dinyatakan dengan sepatah kata yang merupakan bagian kalimat. Misalnya: orang itu tangan kanannya presiden (orang kepercayaan)
-          Perumpamaan merupakan kalimat yang mengungkapkan keadaan atau kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan dari alam sekitarnya. Misalnya: bagai pungguk merindukan bulan
-          Tamsil/Ibarat, dapat juga disebut sebagai perumpamaan. Namun diiringi dengan bagian-bagian kalimat yang menjelaskan. Misalnnya: bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau.
-          Pameo merupakan  kata-kata atau slogan yang menjadi populer karena sering diucapkan kembali, yang sifatnya mengandung dorongan semangat atau ejekan. Misalnya: sekali merdeka tetap merdeka

c.       Pantun
Syarat-syarat pantun sebagai berikut:
-          Terdiri atas empat baris.
-          Tiap-tiap baris terdiri delapan sampai 10 suku kata.
-          Dua baris yang pertama disebut “sampiran” dan dua baris berikutnya disebut “isi” pantun.
-          Pantun memerlukan rima akhir, maksudnya bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga. Dan Bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat.
Contoh:
Kalau ada sumur diladang (a)
Boleh kita menumpang mandi (b)
Kalau ada umurku panjang (a)
Boleh kita berjumpa lagi (b)

Menurut isinya, pantun dapat dibedakan dalam lima jenis pantun yang diantaranya adalah sebagai berikut:
a.      Pantun anak-anak
Contoh:            
Naik delman kereta kuda
Pergi berlibur di hari minggu
Selagi kamu masih muda
Berlomba-lomba mencari ilmu



b.      Pantun orang muda
Contoh:
      Jika pandai meniti buih
      Selamat badan keseberang
      Jika tuan menaruh kasih
      Boleh tuan dating bertandang

c.       Pantun orang tua
Contoh:
      Bunga bakung di tepi kali
      Sungguh indah dan menawan
      Buat apa berilmu tinggi
      Bila tidak di amalkan

d.      Pantun jenaka
Contoh:
Sungguh enak buah durian
Durian jatuh menimpa kaki
Banyak orang merasa heran
Ada nenek pakai rok mini

e.       Pantun teka teki
Contoh:
Janganlah kamu suka menangis
Bikin orang tua jadi susah
Dalam sejarah sudah ditulis
Gajah apa yang berani sumpah
Menurut bentuknya pantun dibedakan menjadi empat jenis al:
-          Pantun biasa
-          Pantun berkait
-          Talibun
-          Pantun kilat

d.      Syair,  merupakan sajak puisi,  kata syair berasal dari kata “syu’ur” yang berarti perasaan.

e.       Gurindam kalimat berirama
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat

2.      Puisi Baru
Puisi baru merupakan puisi yang muncul pada masa penjajahan Belanda, sehingga pada puisi ini tampak adanya pengaruh dari kebudayaan eropa. Menurut bentuknya dapat dibagi menjadi:
-          Distikhon (sajak dua seuntai)
-          Tersina (sajak tiga seuntai)
-          Quantrin (sajak empat seuntai)
-          Quin (sajak lima seuntai)
-          Sextet (sajak enam seuntai)
-          Septima (sajak tujuh seuntai)
-          Stanza atau octaf (sajak delapan seuntai)
-          Sonata (sajak empat belas seuntai)
-          Sajak bebas, disebut juga sebagai puisi bebas

3.      Puisi Modern
Puisi modern ialah puisi yang berkembang di Indonesia setelah masa penjajahan Belanda.
-          Balada, puisi yang berisi kisah atau cerita
-          Romance, puisi yang berisi luapan perasaan kasih saying terhadap kekasih.
-          Elegi, sajak yang menggambarkan kesedihan, suara sukma yang meratap-ratap, batin yang merintih.
-          Ode, sajak yang berisi pujian dan sanjungan terhadap seseorang yang berjasa besar dalam masyarakat atau pujian sanjungan terhadap pahlawan bangsa.
-          Himne, sajak yang berisi pujaan kepada Tuhan atau sajak keagamaan.
-          Epigram, sajak yang berisi ajaran hidup, semangat perjuangan.
-          Satire, sajak yang berisi kritik atau sindiran yang pedas terhadap kepincangan-pincangan yang terjadi dalam masyarakat.

c.       Macam-macam puisi
-          Puisi naratif
-          Puisi lirik
-          Puisi deskriptif
-          Puisi kamar
-          Puisi auditorium
-          Puisi fisikal
-          Puisi platonic
-          Puisi metafisikal
-          Puisi subjektif
-          Puisi objektif
-          Puisi konkret
-          Puisi diafan
-          Puisi gelap
-          Puisi prismatic
-          Puisi penafsiran
-          Puisi inspiratif
-          Puisi demontrasi
-          Puisi panflet
-          alegori
d.      Tujuan pengajaran puisi
Tujuan pengajaran puisi menurut Rizanur Gani, 1981 dapat dibedakan dalam rumusan-rumusan sebagai berikut:
1.      Membina dan mengembangkan karifan menangkap iyarat-isyarat kehidupan dengan sekurang-kurangnya mencakup: menunjang keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan rasa, karsa dan pembentukan watak.
2.      Mengibahkan pandangan komperehensif tentang cipta budaya nasional: membina anak didik memiliki rasa bangga keyakinan mandiri dan rasa memiliki.